Berpikir adalah percepatan.
Sekalipun banyak yang tak menyadarinya. Aku pun terkadang memanjakannya dengan
membawanya menembus batas ruang dan waktu. Menyatukannya dalam angan meskipun
kutahu ada yang membatasinya agar tak terlampau tinggi berkeliaran. Dia takut
aku hilang dibawa pusaran ketidakpastian.
Berpikir, membuatku jadi lebih
tinggi meskipun kutahu tinggi rendah itu relatif. Tak memiliki ukuran yang sama
disetiap sel otak manusia. Mungkin ada saja yang bagiku tinggi tapi di mata
orang itu hanya sekedar setara dengan air ludah yang pantas dijatuhkan ke
tanah. Apa guna? Tapi tak masalah. Semua relatif. Absurd jika semuanya sama.
Jika sama maka tak ada yang namanya menonjol atau pun pakar.
Tuhan menjadikannya kekasih tatkala
sel otak seseorang mulai berkolaborasi dengan mata, telinga dan tak lupa juga
hati. Apalah arti kesibukan otak tanpa ada campur tangan tiga srikandi? Mungkin
hanya menjadi barang rongsokan yang harus didaur ulang. Tak langsung memberi
manfaat dan menyentuh saraf-saraf kesadaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar