Berikut adalah beberapa contoh beragam prilaku dan budaya yang ada di masyarakat:
1. Upacara-upacara yang dilakukan dalam upaya keselamatan bagi janin dalam prosesnya menjadi bayi hingga saat kelahiranya adalah upacara mitoni(Upacara Mitoni adalah upacara adat-istiadat Jawa yang dilakukan untuk menyambut kehamilan pertama berumur 7 bulan dengan tujuan agar bayi yang dikandung senantiasa memperoleh keselamatan), procotan(Selamatan kecil menyambut ibu hamil 9 bulan) dan brokohan(selamatan awal menyambut kehadiran bayi yang baru lahir.).
2. Mengidam, dikotomi panas dingin
3. Larangan masuk hutan
4. Larangan keluar waktu maghrib
5. Pantangan menjalin rambut karena bisa menyebabkan lilitan tali pusat
6. Pantangan nazar karena bisa menyebabkan keluarnya air liur secra terus menerus
Selain dari yang disebutkan diatas, Di Jawa Tengah ada juga kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan menyebabkan perdarahan yang banyak. Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan.
Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. Selain itu, larangan untuk memakan buah-buahan seperti pisang, nenas, ketimun dan lain-lain bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama masyarakat di daerah pedesaan. (Wibowo, 1993).
B. Prilaku sosial budaya pada masa persalinan
1. Bayi laki-laki adalah penerus keluarga yang akan membawa nama baik
2. Bayi perempuan adalah pelanjut atau penghasil keturunan
3. Memasukan minyak kedalam vagina supaya persalinan lancar
4. Melahirkan ditempat terpencil hanya dengan dukun
5. Minum air akar rumput Fatimah dapat membuat persalinan lancar
6. Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan.
7. Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit persalinan.
C. Prilaku sosial budaya pada masa nifas dan bayi baru lahir
Nifas atau puerperium adalah masa setelah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat kandungan yang berlangsung enam sampai delapan minggu.
Indonesia yang terkenal dengan ragam budayanya memiliki bermacam-macam cara dalam menjalani masa nifas ini. Bermacam budaya dan tata cara yang di turunkan dari nenek moyang mereka. Hal ini menjadi kebiasaan yang cukup solid dengan kehidupan masyarakat. Terutama pada masyarakat pedesaan.
Berbagai hal dari yang biasa-biasa saja, sampai yang tidak masuk akal sering sekali mereka lakukan. Sewajarnyalah tenaga medis terutama bidan melakukan pengkajian terhadap hal ini. Apakah tindakan atau kebudayaan yang dilakukan ibu itu berbahaya, mengganggu, ataupun menguntungkan. Supaya nantinya dapat mengubah dan mengarahkan pola pikir yang kuno itu menjadi modren dengan pembaharuan kesehatan. Tentunya demi kesehatan ibu dan anak.
Berikut beberapa kebiasaan dan tradisi dari daerah PANDAI SIKEK dari zaman nenek moyang yang di lakukan pada saat nifas. Walaupun dari tahun ke tahun budaya ini sudah mulai hilang, seiring dengan perkembangan zaman. Antara lain :
1. Biasanya orang-orang dahulu melahirkan dengan dukun beranak. Jadi semua hal tentang nifas dikerjakan berdasarkan anjuran dukun. Persis setelah melahirkan ibu dibuatkan gelang dengan Benang Tujuh Ragam, dan di pasang selama 40 hari pada pergelangan tangannya. Setelah itu baru boleh dibuka.
2. Ibu mandi walladah untuk membersihkan diri.
3. Pada hari ke 3 setelah melahirkan ibu diurut oleh dukun.
4. Selama 3 hari berturut-turut sejak awal nifas ibu ”Disembur” dengan kunyahan kunyit, bawang putih, merica hitam, merica putih, dan jariangau pada bagian keningnya.
5. Selama nifas ibu harus memakai stagen panjang untuk dililitkan diperutnya. Kira-kira berukuran 4 m (dimulai setelah hari ke 3 ).
6. Jika duduk ibu harus dengan posisi bersimpuh. Dilarang keras untuk mengangkang, karna akan mengakibatkan perut jatuh atau lepas.
7. Jika ibu bepergian selama nifas, maka harus membawa bawang putih atau gunting kecil, ntuk penangkal mahluk halus. Dan menjaga air susu ibu dari gangguannya.
8. Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap.
8. Sesekali ibu berkelumun di bawah kain dengan asap rebusan air kunyit. Untuk menghilangkan bau badan atau aroma tidak sedap.
9.Ibu harus memakai sarung selama nifas.
10. Ibu tidak boleh keluar rumah pada saat magrib. Untuk menjaga ibu dan ASInya.
11. Selama ibu menyusui dalam masa nifas (40 hari), anak harus dialas atau disambut dengan bantal.
11. Selama ibu menyusui dalam masa nifas (40 hari), anak harus dialas atau disambut dengan bantal.
12. Ibu dan bayi tidur di luar kamar dengan membentang kasur.
13. Dilarang menjahit selama nifas.
14. Pantang makan ikan, pedas dan asin
15. Tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari karena bisa sawan
16. Khitan pada bayi laki-laki dan perempuan
17. Minum jamu dapat memperlancar ASI
18. Upacara adat seperti brokohan, sepasaran dan selapanan
19. Menaruh ramuan pada tali pusat
20. Tidak boleh makan terong karena bisa membuat bayi panas dingin
Dalam penelitian Syafrudin (2009), di daerah Maluku terdapat pantangan makanan pada masa nifas yaitu terong agar lidah bayi tidak bercak putih, nanas, mangga tidak bagus untuk rahim. Masyarakat di Bali, seorang ibu yang baru melahirkan dianggap ”sebel/lateh” dan tidak diperkenankan ke pura sampai dilaksanakannya upacara pembersihan diri.
Selain dari pemaparan diatas ada juga beberapa perawatan setelah melahirkan di beberapa daerah di Indonesia seperti: mandi uap air rebusan ramuan(setiap hari) untuk mengembalikan panas tubuh, minum air perasaan daun turi, mengompres kepala ibu dengan ampas daun turi. Anggapan setelah melahirkan darah putih naik ke kepala dapat menyebabkan kematian, pencegahannya seperti yang telah dsebutkan itu. Makan rebusan kulit pohon ketapang untuk memulihkan kesehatan, perawatan berlangsung 2 minggu sampai dengan satu bulan atau 40 hari.
Menurut beberapa ibu-ibu yang bersuku Minang, perawatan ibu postpartum menurut budaya Minang meliputi: minum telur dan kopi, penguapan dari bahan rempah-rempah (betangeh), pemanasan batu bata (duduk di atas batu bata), meletakkan bahan-bahan alami di atas perut ibu (tapal), minum jamu dari bahan rempah-rempah, membersihkan alat kelamin dengan air rebusan daun sirih.
Selain itu pada suku Sasak di Lombok, ibu yang baru bersalin selain memberikan nasi pakpak (nasi yang telah dikunyah oleh ibunya lebih dahulu) kepada bayinya agar bayinya tumbuh sehat dan kuat. Mereka percaya bahwa apa yang keluar dari mulut ibu merupakan yang terbaik untuk bayi. Sementara pada masyarakat Kerinci di Sumatera Barat, pada usia sebulan bayi sudah diberi bubur tepung, bubur nasi nasi, pisang dan lain-lain. Ada pula kebiasaan memberi roti, pisang, nasi yangsudah dilumatkan ataupun madu, teh manis kepada bayi baru lahir sebelum ASI keluar.
Demikian pula halnya dengan pembuangan colostrum (ASI yang pertama kali keluar). Di beberapa masyarakat tradisional, colostrum ini dianggap sebagai susu yang sudah rusak dan tak baik diberikan pada bayi karena warnanya yang kekuning-kuningan. Selain itu, ada yang menganggap bahwa colostrum dapat menyebabkan diare, muntah dan masuk angin pada bayi. Sementara, colostrum sangat berperan dalam menambah daya kekebalan tubuh bayi.
D. Peran bidan terhadap prilaku sosial budaya selama kehamilan, persalinan, nifas dan bayi baru lahir.
a. Selama masa kehamilan
Pada masa kehamilan ini masih banyak masyarakat kita yang menggunakan beragam budaya yang jika ditinjau secara kedokteran tidak memiliki manfaat bagi kehamilan, bahkan terkadang budaya yang turun temurun dilakukan terbilang memiliki resiko yang bisa membahayakan bagi ibu hamil. Berikut beberapa peran bidan yang bisa dilakukan dalam menangani beragam budaya ataupun prilaku sosial yang ada dalam masyarakat.
1. KIE tentang menjaga kehamilan dengan ANC teratur, komsumsi makanan bergizi, batasi aktifitas fisik, tidak perlu pantang makan karena pada keadaan hamil, justru lebih dibutuhkan pola makan yang sehat dan bergizi untuk mensuplai makanan bagi ibu dan bayi.
2. KIE tentang segala sesuatu telah diatur oleh Tuhan yang Maha Esa, mitos yang tidak benar harus ditinggalkan karena tidak memilki nilai manfaat bahkan terkadang membahayakan.
3. Pendekatan terhadap tokoh masyarakt untuk mengubah tradisi negatif atau yang berpengaruh terhadap kehamilan.
b. Selama masa persalinan
Berikut adalah beberapa peran bidan di komunitas terhadap prilaku selama persalinan yang sering muncul dalam masyarakat:
1. Memberikan pendidikan kepada penolong persalinan mengenai tempat persalinan,proses persalinan, perawatan selama persalinan serta pasca persalinan,
2. Memberikan pendidikan mengenai konsep kebersihan baik dari segi tempat maupun peralatan
3. Bekerja sama dengan penolong persalinan(dukun) dan tenaga kesehatan setempat
4. Memberikan edukasi tentang kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput Fatimah akan merangsang mulas. Memang, rumput Fatimah bisa membuat mulas pada ibu hamil, tapi apa kandungannya belum diteliti secara medis. Jadi, harus dikonsultasikan dulu ke dokter sebelum meminumnya. Karena rumput ini hanya boleh diminum bila pembukaannya sudah mencapai 3-5 cm, letak kepala bayi sudah masuk panggul, mulut rahim sudah lembek atau tipis, dan posisi ubun-ubun kecilnya normal.
Jika letak ari-arinya di bawah atau bayinya sungsang, tak boleh minum rumput ini karena sangat bahaya. Terlebih jika pembukaannya belum ada, tapi si ibu justru dirangsang mulas pakai rumput ini, karena bisa berakibat pada janin, bahkan naik ke atas dan membuat sesak nafas si ibu. Mau tak mau, akhirnya dilakukan jalan operasi.
5. Memberikan edukasi kepada ibu bahwa minyak kelapa, memang konotasinya membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran, minyak tidak memiliki kegunanya dalam melancarkan keluarnya sang janin. Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya
6. Memberikan edukasi bahwa madu tidak boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Karena madu termasuk karbonhidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan, sebaiknya segera dihentikan. Akan halnya telur tak masalah, karena mengandung protein yang juga menambah kalori.
7. Menjelaskan kepada ibu bahwa yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat. Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS besar. Hingga, bila terjadi sesuatu dapat ditangani segera.
c. Selama masa nifas dan bayi baru lahir
Berikut beberpa peran bidan di komunitas terhadap prilaku selama masa nifas dan bayi baru lahir:
1. KIE prilaku positif dan negatif
2. Memberikan penyuluhan tentang pantangan makanan selama nifas dan menyusui sebenarnya tidak menguntungkan ibu dan bayi karena justru ibu membutuhkan makanan yang kaya akan nutrisi dan sehat.
3. Memberikan pendidikan tentang perwatan bayi baru lahir yang benar dan tepat meliputi pemotongan tali pusat, memandikan/ membersihkan, menyusukan dan menjaga kehangatan.
4. Memberikan penyuluhan pentingnya pemenuhan gizi selama masa pasca persalinan, bayi dan balita dan keuntungan serta kerugian dari beragam pantangan makan yang diadopsi masyarakat.
5. Memberikan pengertian dengan menggunakan pendekatan logis bahwa budaya-budaya yang dilakukan semata-mata tidak ada hubungannya dengan yang berbau mistik. Akan tetapi memilkiki alas an lain yang lebih logis untuk dijadikan dasar yang kuat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar