Tidak selamanya anak akan
selalu merasa senang dan menang dalam segala pertandingan. Ketika masuk usia
sekolah, Moms perlu mulai mengajarkan mereka menerima kekalahan dengan lapang
dada. Dengan belajar untuk kecewa, anak akan semakin terbentuk kepribadiannya. Teks: Irisha William
Karakter
dan Urutan Lahir Berpengaruh
Mungkin sempat terlintas di pikiranmu, kok ada anak yang bisa
dengan mudah menerima kekalahan saat bermain dengan temannya, sementara
yang
lain bisa sampai mengamuk, bahkan menangis? Menurut edukator orangtua dari
Toronto, Beverley Cathcart-Ross, ini ada hubungannya dengan temperamen anak.
"Anak yang tipenya lebih intens biasanya lebih ngotot sekaligus lebih
gampang frustrasi kalau kalah. Setelah itu, mereka bakal lebih lama larut dalam
kekecewaan," jelas Cathcart-Ross.
Selain itu, urutan lahir juga pengaruh, lho. Anak pertama
biasanya lebih susah menerima kekalahan, karena biasanya orangtuanya telah
menciptakan atmosfir anti-kalah di rumah. Harapan orangtua yang tinggi membuat
anak jadi takut mengecewakan orangtua. Akibatnya, sebisa mungkin anak akan
menghindari kemungkinan kalah. Karena kalau sampai kalah, hati mereka akan ikut
hancur berkeping-keping.
Belajar Kalah Untuk Menang
Menerima kekalahan dengan lapang
dada itu adalah kemampuan hidup yang harus dipelajari setiap anak. Menurut
Cathcart-Ross, dengan belajar untuk kalah, anak akan mampu membangun relasi
yang baik dengan oranglain dan juga lebih menghargai diri sendiri. Untuk itu,
ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk anak, agar mereka bisa menerima
kekalahan:
- Pahami rasa kecewa anak. Jangan berkata padanya, "Sudah, jangan seperti anak kecil, kalah saja nangis!". Tapi, bilang padanya bahwa kamu paham bahwa sulit baginya untuk menerima kekalahan. Tekankan juga pada anak, bahwa orangtua akan selalu menyayangi dan menghargai mereka, meski mereka kalah atau menang dalam bertanding, saran Cathcart-Ross.
- Tekankan pada usaha anak. Kalau orangtua selalu berfokus pada hasil akhir, anak juga akan demikian. Karenanya, kamu sebagai orangtua juga perlu introspeksi diri dan lebih berfokus pada proses yang dilalui anak ketimbang menang atau kalahnya. Misalnya, setelah anak selesai pertandingan bola, bicarakanlah seputar bagaimana dia masih belum bisa bekerjasama dengan teman satu timnya. Lalu, beri saran supaya dia bisa memperbaiki permainannya.
- Dorong anak untuk mengambil risiko. Banyak anak tidak mau mencoba hal-hal baru karena takut salah dan kalah. Sebaiknya, orangtua selalu menekankan bahwa mereka lebih suka anaknya berusaha keras dan gagal, daripada tidak mencoba sama sekali, kata Cathcart-Ross. Dengan begitu, anak akan belajar dari kegagalan, sama seperti mereka belajar dari kesuksesannya. "Selain itu, ajak anak selalu mengevaluasi diri dan tidak selalu bergantung pada evaluasi dari orang lain," tambah Cathcart-Ross. Dengan dukungan orangtua dan banyak latihan, anak akan bisa menerima kekalahan dengan lapang dada.
Sumber: http://family.fimela.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar