Dalam sebuah petikan Alkitab
dituliskan “hati yang gembira adalah obat, tetapi hati yang sedih remukan
tulang”. Sebuah pesan, betapa kegembiraan itu adalah sesuatu yang menyehatkan,
bahkan kesembuhan penyakit juga tergantung dari suasana hati. Hal senada juga
di ungkapkan oleh Susilo, pemeran Den Baguse Ngarso dalam acara Bangun Desa
yang ditayangkan TVRI pada awal tahun 90an. Menurut Susilo, anugerah terbesar
yang diberikan Tuhan kepada manusia adalah tertawa. Tertawa, hanya dimiliki
manusia, sedangkan hewan hanyalah ekspresi meringkik, meringis atau mendesis.
Panen Humor Lewat Kegelisahan
(dok.pribadi)
14/5/2012 di BU UKSW, Salatiga,
sebuah kesempatan langka bisa bertemu dan bertatap muka langsung dengan seorang
tokoh yang menurut saya bisa menanam benih cerita humor dan berbuah tertawa.
Raditya Dika, siapa tidak mengenal dia, seorang penulis novel hebat, artis dan
komedian. Sekarang yang terkenal dari dia adalah sebagai comics dalam stand up
comedy. Dalam acara talk show yang bertajuk “Kreatif Menulis, Rejeki Tak Akan
Habis”, mengajarkan audiens bagaimana cara menulis yang kreatif dan
mendatangkan rejeki.
Disela-sela pemaparannya lewat
slide-slide presentasi, kejenakaan Raditya Dika menjadi ciri khasnya, lewat
lelucon yang dibuat secara spontanitas. Genre tulisan Radit yang berbabu humor,
maka tak salah dia memaparkan bagaiaman brain storming untuk menciptakan
tulisan jenaka yang mampu mengocok perut pembacanya. Dari pemaparan Radit,
sebenarnya sangat-sangat sederhana mencari benih-benih lelucon yang siap
ditanam untuk dipanen menjadi buah-buah tertawa.
Secara umum sumber komedi dibagi
menjadi dua, yakni: observatif dan situasional. Obesvatif merupakan lelucon
yang didapat dari pengamatan kita dari berbgai sudut pandang dan dicari
sudut-sudut mana yang dianggap lucu dan layak dijadikan lelucon. Komedi
situasional, berangkat dari kejadian-kejadian dan ditangkap apa yang lucu.
Setelah mendapat sumber bahan, lalu diolah menjadi bahan humor.
Radit mengungkapkan, buku Kambing
Jantan hingga Manusia Setengah Salmon, berangkat dari kegelisahan Dia.
Kegelisahan yang disulap lewat tulisan dan disarikan lewat kejenakaan, sehingga
bukan kesedihan yang ada tetapi sebuha kelucuan. Memang acapkali terlihat
konyol, bodoh, tetapi disitulah esensi mencari benih-benih humor yang nantinya
bisa dipanen. Radit mencontohkan bagaimana kegelisahan Dia mengenai film-film
horor di Indonesia, yang nantinya bisa dijadikan bahan leluconnya. Contohnya “3
pocong idiot” sudah dipocong, idiot lagi, suruh sekolah napa?”.
Inti dari kelucuan yang berangkat
dari kegelisahan, tak ada artinya jika tidak dibagikan kepada orang lain. “tak
mungkin kan akan ditertawakan sendiri, kelucuan tersebut..?” kata Dia. Untuk
membagikan kelucuan tersebut, bisa kita bercerita, stand up comedy atau
dituliskan dalam sebuah buku. Bagi yang pede ditertawakan diatas panggung,
nekat saya menjadi comics, bagi yang tidak tahan silahkan menulis dan biarkan
orang lain menertawakan lewat tulisan.
Berbicara mengenali tulisan, Radit
mengungkapkan bagaimana Dia 5 kali ditolak penerbit dan memaksa 6 kali
melakukan revisi tulisan. Bukan perkara yang mudah untuk menulis, tetapi harus
dipaksa dan dipaksakan. “Apapun hasinya tulisanmu, tetaplah menulis walaupun
awalnya jelek” kata Dia. Dia juga mengatakan “jika tidak mood menulis, jangan
berhenti, tetapi paksa untuk menulisa, walau satu dua kalimat”. “lebih baik 1
atau 2 kalimat, yang nanti bisa disunting, daripada nol atau tidak sama
sekali”.
Sebuah kesimpulan dari Raditya Dika
“it’s not what you say, it’s how you say it”, bukan apa yang anda katakan,
tetapi bagaimana cara anda mengatakannya. Sebuah kesimpulan sederhana,
bagaimana mengolah hal-hal yang kecil, sederhana menjadi sebuah lelucon
terlebih lagi bisa dibagikan baik lewat stand up comedy atau tulisan. Pesan
Dia, berikan humor yang cerdas dan postif, sehingga orang lain bisa tertawa dan
menilai serta mengapresiasi lelucon-lelucon kita dengan baik. Pelajaran
berharga bagaimana mencari benih-benih humor agar bisa melemparkan buah-buah
tertawa kepada orang lain.
Sumber: kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar