Ilmu itu cahaya. Kehidupan akan terhenti jika tidak ada
cahaya di sana. Kehidupan tanpa cahaya hanya akan dipenuhi dengan kegelapan dan
kesesatan."
Konsep bahwa ilmu bukan hanya untuk diri kita sendiri adalah
hal terpenting yang harus dimiliki bangsa Indonesia yang sekarang sedang
terpuruk. Setiap tahun, ratusan universitas melahirkan ribuan sarjana. Namun,
faktanya, keadaan bangsa Indonesia tak kunjung membaik. Berita tentang koruptor
yang ditangkap, kemiskinan, perampokan tetap saja menghiasi media massa kita.
Mungkin negeri ini mempunyai banyak orang berilmu, tetapi hanya sedikit yang memanfaatkan
ilmunya untuk menerangi orang-orang yang ada di sekitarnya. Ilmu itu ibarat
cahaya,
orang yang berilmu seharusnya menjadi penerang bagi orang-orang yang
ada di sekitarnya, tidak hanya bagi dirinya sendiri.
Oki Setiana Dewi lewat buku terbarunya Cahaya di Atas
Cahaya yang diterbitkan oleh Penerbit Mizan, ingin menunjukkan bagaimana
ilmu itu harus dicari, lalu dimanfaatkan untuk mencerahkan orang-orang yang ada
di sekitarnya. “... Orang berilmu sudah seharusnya memerankan dirinya
sebagai pemberi cahaya bagi lingkungannya, sebagaimana Allah menjadi sumber
cahaya bagi langit dan bumi,” ungkap perempuan yang melejit namanya lewat
film Ketika Cinta Bertasbih itu.
Buku ketiga Oki yang berjudul Cahaya di Atas Cahaya
itulah yang Minggu (24/6) siang di-launching dan dibedah di Jakarta Book
Fair 2012, Senayan. Buku yang mengisahkan perjalanan Oki kala mencari ilmu di
Kota Makkah itu, memberi pelajaran bahwa imu bisa didapat dari mana saja, tidak
hanya dari sekolah dan institusi pendidikan resmi. Ilmu yang paling berguna dan
berharga justru kita peroleh lewat perjalanan kehidupan, dari orang-orang di
sekeliling kita. Kuncinya, kita harus menjadi laksana cahaya yang menjadi
penerang dan memberi manfaat bagi segenap makhluk.
Aditya Gumay, sutradara film Emak Ingin Naik Haji,
pernah mengungkapkan bahwa membaca buku-buku Oki seperti membaca skenario hidup
yang berliku, sangat menginspirasi dan menyentuh. Apa yang diungkapkan Aditya
Gumai itu bukanlah hal yang mengada-ada, karena buku-buku karya Oki senantiasa
ditulis dengan bahasa yang renyah dan dipenuhi banyak kisah yang menyentuh,
lucu, mengharukan, dan heroik. Tidak ada kesan menggurui dalam ceritanya. Cara
bercerita seperti inilah yang mengantarkan karya Oki sebelumnya selalu menjadi bestseller,
baik Melukis Pelangi maupun Sejuta Pelangi.
Oki lewat karya-karyanya seolah-olah ingin menyampaikan bahwa
bahasa keteladanan jauh lebih lantang suaranya ketimbang bahasa kata-kata.
Keteladanan seperti itulah yang seharusnya dimiliki oleh setiap orang untuk
menjadikan bangsa kita lebih baik. Untuk menjadi teladan dan meneladani orang
lain itu kuncinya hanya satu: jadikan ilmu sebagai cahaya dan gunakan ilmu itu
untuk menerangi diri kita dan orang-orang di sekitar kita. Dan negeri ini
sepertinya memang perlu banyak orang yang menjadikan ilmu sebagai cahaya. [Laporan
Mizan.com]
Sumber: mizan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar