Ahad,
6 Maret 2011 bertempat di KBRI di Canberra, saya berkesempatan mengikuti acara
pelatihan menulis yang diadakan oleh FLP (Forum Lingkar Pena) cabang Australia.
Yang menjadi nara sumber pada acara tersebut adalah seorang penulis handal yang
karya-karyanya sangat booming di Indonesia. Beliau adalah Habiburrahman El
Shirazy atau biasa disapa Kang Abik, seorang penulis novel-novel islami yang
sangat terkenal seperti Ayat-Ayat Cinta dan Ketika Cinta Bertasbih.
Saya
sangat beruntung bisa menghadiri acara tersebut karena banyak hal yang sangat
berguna yang saya dapatkan dari penulis favorit saya, terutama tentang
tips-tips menjadi penulis best seller dan teknik-teknik menulis novel best
seller. Dari sekian banyak pelajaran yang diberikan, ada dua hal yang sangat
berkesan dihati saya, yaitu pelajaran tentang “keberanian untuk menulis” dan
“definisi menulis”.
Menurut
Kang Abik, ada 4 kategori penulis berdasarkan tingkat keberaniannya:
1.
Kurang berani dan kurang pertimbangan.
Orang
yang berada dalam zona ini adalah orang yang tidak punya modal menjadi penulis
yang handal dan masuk dalam zona lemas. Orang tsb tidak akan pernah menulis
karena selalu takut dan kurang pertimbangan.
2.
Terlalu banyak pertimbangan tapi tidak berani.
Ada
orang yang terlalu banyak pertimbangan sebelum menulis. Orang dalam kategori
ini terlalu mempertimbangkan aturan-aturan dalam menulis, tata bahasa dsb
tetapi tidak ia berani menulis. Orang seperti ini cocoknya menjadi kritikus.
Lebih handal dalam mengkritisi tulisan orang lain tetapi tidak punya keberanian
untuk menulis.
3.
Keberaniannya luar biasa tetapi kurang pertimbangan.
Zona
ini adalah zonanya orang-orang nekat. Hampir semua penulis handal memulainya
dari zona ini. Yang penting adalah menulis dulu, EYD atau tata bahasa nomor
sekian. “Tidak usah banyak bicara, yang penting nulis dulu”, kata Kang Abik. Ia
sendiri mengakui dirinya adalah penulis di zona ini. Latar belakang Kang Abik
adalah ilmu hadist yang nota bene adalah sangat jauh dari ilmu sastra atau
tulis menulis. Dengan berbekal keberanian yang luar biasa, ia telah membuktikan
bahwa menulis tidak harus orang yang berbakat atau berilmu sastra, siapapun
bisa asalkan mau mencoba dan terus belajar.
4.
Keberanian tinggi dan Pertimbangan luas.
Orang
yang masuk dalam kategori ini adalah orang yang tulisannya dalam dan ilmunya sudah
matang serta selalu ada hal-hal baru dari karyanya.
Selain
bicara tentang keberanian menulis, Kang Abik juga menjelaskan tentang definisi
menulis secara emosional. Mengapa defini menulis itu sangat penting? Agar kita
punya niat yang kuat dan termotivasi untuk menulis maka kita harus punya
definisi menulis yang bisa mempengaruhi secara emosional, yaitu definisi yang
merangsang seseorang untuk bergembira untuk menulis. Definisi menulis tidak
melulu kaku seperti yang tercantum di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
menulis bisa saja diartikan :
a.
Mencurahkan isi hati ketika sedih (curhat sedalam-dalamnya).
b.
Mencurahkan kerinduan kepada yang dirindukan.
c.
Menafkahi keluarga.
d.
Ingin keliling dunia.
Jadi
buatlah definisi menulis bagi diri anda sendiri, definisikan menjadi sesuatu
yang paling indah menurut anda sehingga menulis akan menjadi pekerjaan/kegiatan
yang sangat menggembirakan dan niat kuat akan terus tertanam. Sebagai contoh,
menulis untuk menjadi orang kaya. Ini boleh-boleh saja, tidak ada yang
melarang. Dengan menulis seseorang bisa menjadi kaya melalui royalti atas
karya-karyanya yang dibukukan dan terjual laris dipasaran. Kang Abik sendiri
menjadikan novel Ayat-Ayat Cinta sebagai mahar pada pernikahnnya.
Satu
lagi yang penting untuk diingat adalah, siap menjadi penulis kita juga harus
siap menerima kritikan, celaan, dan cemoohaan dari orang lain. Menurut Kang
Abik, tidak semua orang akan menyukai tulisan kita. Pasti ada orang-orang yang
tidak suka dengan karya kita, biarkan saja jangan terlalu diambil hati. Bahkan
Penulis terkenal yang mendapatkan nobel seperti Hemingway-pun tidak luput dari
kritikan atau orang. Kritikan/masukan dari pembaca bisa kita jadikan pelajaran
agar bisa menulis lebih baik lagi. Kang Abik sendiri juga banyak menerima
kritikan dan celaan dari banyak orang, namun hal tersebut tidak membuatnya
patah semangat melainkan semakin membuatnya termotivasi untuk menghasilkan
karya2 terbaiknya.
Dua
pelajaran tersebut sangat berarti buat saya karena saya sering merasa takut dan
ragu untuk menulis. Ternyata ketakutan dan kekhawatiran saya telah membuat rugi
diri sendiri dan terjebak dalam pemikiran sempit yang membuat saya tidak
maju. Setelah mendengarkan paparan Kang Abik, semangat dan motivasi saya untuk
belajar menulis timbul kembali. Pencerahan dari sang penulis novel “Bumi Cinta”
telah meyadarkan saya bahwa menulis itu bukan hanya karena bakat tapi
yang terpenting adalah kemauan, jangan pernah takut untuk menulis dan jika
pernah berbuat kesalahan jangan lemah, cepat bangkit dan belajar dari
kesalahan.
So..temans
tunggu apalagi, mari mulai menulis. Seperti Kang Abik bilang, EYD dan tata
bahasa nomor sekian, nomor satu adalah memulai menulis dan jangan lupa buatlah
definisi menulis seindah mungkin supaya kita terus termotivasi untuk menulis.
semoga
bermanfaat.
Canberra,
6 March 2011.
Sumber:
http://adeisyanah.wordpress.com/2011/03/06/pencerahan-dari-kang-abik/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar