Beberapa waktu yang
lalu, ketika bedah novel Cinta Suci Zahrana karya Habiurrahman el-Shirazy atau
yang akrab disapa Kang Abik, saya sempat berbincang-bincang dan bertanya
sana-sini mengenai kepenulisan kepada penulis novel favorit saya itu. Meski
tidak lama dialog saya dengan beliau, tapi ketika telah mendapatkan
nasihat-nasihat beliau sungguh menginspirasi dan memotivasi saya untuk terus
menulis. Bukan sembarang menulis tapi menulis yang cerdas dan benar. Beberapa
tips-tips singkat yang diberikan oleh Kang Abik ingin saya bagikan kepada
teman-teman agar tetap semangat untuk menulis. Menulis bukan karena ingin
popular atau terkenal tapi menulis karena niat beribadah kepada Allah swt yang
disertai dengan hati yang bersih dan suci. Berikut Beberapa langkah yang
disarankan oleh kang Abik agar kita menjadi penulis yang hebat:
1. Milikilah niat
yang kuat untuk menjadi penulis.
Niat
yang kuat untuk menjadi penulis adalah modal awal bagi seorang penulis pemula
untuk menjadi penulis yang hebat. Selain niat yang kuat jangan lupa disertai
niat yang benar. Niat yang benar adalah meniatkan aktivitas menulis hanya untuk
beribadah atau mencari ridla Allah. Bukan ingin menjadi terkenal, kaya, dipuji
atau apa saja yang tidak ada hubunganya dengan beribadah kepada Allah swt.
2. Milikilah
keberanian.
“Orang
yang tidak mempunyai keberanian ia tidak layak menjadi penulis. Demikian kata
Kang Abik dengan tegas.” Sebab kalau dikritik sedikit saja tulisannya, ia akan
minder dan kecil hati, akibatnya ia tidak berani menulis lagi.
Seorang
penulis harus berani tulisanya dibacaorang lain. Artinya ia harus siap jika
kemudian tulisannya dikritik para pembacanya. Ingat pada hakekatnya kritikan
itu adalah sesuatu yang positif bagi kita. Asal kita bisa menjadikan kritikan
itu sebagai energi yang membangun, agar tulisan kita lebih baik lagi.
3. Milikilah
Idealisme yang kuat.
Penulis-penulis
hebat, seperti Imam Syafi’I ulama yang pertama kali mengkodifikasikan ushul
fikih secara runtut dalam kitabnya yang terkenal yang masih dibaca dan dikaji
terus sampai sekarang yaitu ar-risalah, adalah contoh bagaimana idealisme yang
kuat mampu menjadikan tulisan itu bermagnet, guna menarik para pembacanya.
Beliau menulis dengan hati. Sehingga tulisanya mampu bertahan sampai sekarang.
Tidak seperti kebanyakan penulis sekarang yang sedikit-sedikit ditempeli kata
best seller, padahal sebenarnya tidak sama sekali. Contoh lain adalah Imam
Hajar al-Asqalani pengarang kitab Fathul Bari yang menghabiskan hampir separoh
hidupnya untuk menyusun kitab syarah Bukhari Muslim itu. Sedangkan dari
kalangan non muslim kita bisa sebut Karl Marx dengan karyanya yang terkenal
yakni Das Capital yang juga masih dibaca dan dikaji sampai sekarang. Semua
penulis-penulis di atas mengapa karyanya bisa bertahan selama itu dan bahkan
masih dikaji di seluruh dunia??? Jawabannya karena mereka punya idealisme yang
kuat untuk menulis. Dan dengan hatilah tulisan mereka lahir.
4. Milikilah
wawasan yang cukup dan luas.
Hal
ini penting dimiliki oleh penulis agar tulisannya tidak monoton dan
memboosankan. Sebailknya dengan wawasan yang luas akan menjadikan tulisan itu
bervariasi dan enak dibaca oleh para pembacanya.
5. Terakhir harus
tahu teknik menulis.
Kata
kang Abik mengapa beliau menempatkan Teknik menuslis di bagian akhir, karena
banyak orang sekarang yang mengikuti pelatihan teknik menulis di sana sini tapi
tak kunjung menghsilkan karya tulis. Menurut Kang Abik, yang terpenting bagi
penulis adalah secara istiqomah untuk terus berlatih menulis. Menulis adalah
skiil. Ciri skiil adalah semakin sering dikerjakan mak akan semakin lihai dan
mahir. Maka jangan pernah berhenti menulis dan menulis agar mennulis menajadi
habits atau kebiasaan.
Itulah
beberapa tips atau langkah-langkah agar yang saya dapatkan dari beliau. Semoga
tulisan ini tidak hanya memotivasi saya tapi para teman-teman sekalian untuk
menjadikan aktivitas menulis bukan hanya sekedar mengisi waktu lengang tapi
benar-benar menajadi aktivitas rutin yang bermanfaat bukan hanya untuk diri
kita sendiri tapi juga untuk orang lain yang membaca tulisan kita. Artinya
tidak ada ruang bagi kita untuk menulis ‘asal-asalan’ tapi dalam setiap tulisan
kita selalu ada ruhnya, karena kita menulis dengan kebeningan dan kejernihan
hati….
Salam Cinta dan
Persaudaraan…….
Sumber:
http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2012/05/18/kang-abik-berbagi-tips-menulis-hebat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar