Ayo Tuliskan!!

Laman

Kamis, 26 Mei 2011

“SEBERKAS CAHAYA DI SUDUT PENYESALAN”



Bayangan itu merambat kembali dalam ingatan sewaktu sampai di puncak gunung bersama teman-teman  dan  pacarnya. Diiringi petikan gitar sembari  melantunkan lirik lagu yang  ditemani dinginya malam sambil melihat- lihat jauh di angkasa sana.Yang kini terlihat begitu dekat membentangkan jubah hitamnya dihiasi kerlap- kerlip bintang yang memainkan aura kecantikan sang Maha Kuasa  namun jauh  untuk memetiknya di atas sana.
Perlahan butiran hangat tanpa disadari mengalir temani ingatan yang baginya begitu menyakitkan , memalukan, namun semua terjadi tanpa di sadarinya. Nafsulah yang mengambil peran skenario sewaktu itu,  memegang kendali anak manusia dikala kondisi begitu mendukung. Setebal apapun iman seseorang jika dua hati yang saling mencintai entah karena beribu alasan akan bertekuk lutut  jika diperhadapkan  dengan kondisi yang mendukung, demikianlah pikiranya saat itu.
Fitri, gadis yang baru saja menginjak usia 19 tahun yang kini masih memilih untuk berdiam diri di kosannya. Merenung apa yang telah dilakukannya bersama sang kekasih kemarin malam di puncak gunung. Pikiranya masih terus menghantui kenapa bisa sebodoh itu dirinya?? Perasaannya masih terombang- ambing antara cemas, binggung, entah apa yang akan dilakukannya jika hal yang di takutkan benar-benar terjadi??
Dering yang bertanda sebuah SMS masuk, menghentikan lamunan dan Fitri segera melihat namun tiba- tiba tangisan itu semakin bertambah deras. Sederas penyesalan yang datang menatap begitu tak berharganya diri ini sekarang. “ sayang , sudah mam?? Ngapain?
Dia memilih untuk tidak membalas SMS dari “ si brengsek ” cap yang telah dibuatnya sendiri untuk sang pujaan hati. Semenjak peristiwa itu entah mengapa dirinya seakan begitu  membenci kepada seorang yang begitu dicintai dalam setiap detik, dipujanya dalam helaan nafas. Cinta macam apa ini? Yang berujung sebuah aib yang begitu memalukan! Memalukan!
Pintu kamarnya belum terkunci, tiba-tiba ada suara dari luar yang semenjak tadi ternyata mengetuk-ngetuk pintu kamar Fitri namun fikiranya saat ini yang lebih mendominasi sehingga ketukan pintupun tak disadarinya semenjak tadi mengundang kehawatiran Hasna sahabatnya itu.                                                                                                                                        “Masukkkk.......” teriak Fitri sambil menghapus air matanya yang semenjak tadi menemani malamnya.
“ Yuk makan, Fit dari pagi kamu belum makan lho?? Alhamdulillah juga barusan aku dapat kiriman dari rumah, jadi bisa perbaikan gizi dehJ ?? Hasna kini mulai merangkul tangannya, namun Fitri masih memilih untuk tetap di ranjang hanya permintaan maaf dan sedikit penjelasan kalau dirinya sementara belum lapar dan ingin beristirahat saja.Itu yang keluar dari bibirnya.
Dan Hasna sesekali mengajak kembali namun begitulah Fitri jika dia tidak mau tetap tidak mau dan akhirnya Hasna memilih untuk keluar saja sesuai dengan permintaan Fitri. Hasna dan Fitri belum lama ini bersahabat semenjak mereka kos ditempat yang sama. Kini mereka mulai memasuki semester  4 namun beda jurusan dan kampus, Hasna memilih jurusan tarbiyah. Sementara Fitri memilih jurusan akuntansi .
********
Fitri masih memilih untuk berdialog dengan fikirannya yang sementara  ini rapuh.
 kenapa semua ini perlu terjadi? Mana janji  David untuk menjaga setiap saat tapi bukti sekarang malah dia telah menodainya, apakah ini yang disebut menjaga? Apa David siap pindah agama  sesuai  janji nya dulu karena keinginannya memeluk islam setelah terjadi hal seperti ini?
Pertanyaan masih terus  berantrian  dalam lingkaran fikirannya  sekarang. Hingga membuatnya pusing karena solusinya begitu berat untuk bisa segera terhampar. Dan akhir dari dialog dengan dirinya sendiri ada sebuah keinginan untuk memeriksakan diri  di PUSKESMAS yang tentunya harus ditemani langsung oleh David,  sehingga semua bisa jelas tanpa ada rekayasa kenapa semua ini begitu cepat terjadi??
Seketika itupun Fitri segera mengambil ponsel yang ternyata setelah dilihatnya ada 6 misscall dari David, segera ia menghubunginya mengajak menuju PUSKESMAS untuk memeriksakan kondisinya sekarang apakah positif ataukah sebaliknya?? Namun di lubuk hatinya tersimpan rangkaian doa kecil bahwa dirinya belum sanggup menerima kenyataan pahit jika hal yang ditakuti memang akan terjadi. 15 menit kemudian David dengan mobil sedan-nya segera menjemput Fitri  untuk mengantarkan pujaan hatinya menuju PUSKESMAS terdekat. Selama di dalam mobil Fitri begitu dingin menanggapi setiap pertanyaan dan sapaan David karna fikiranya sementara rapuh tuk sekedar menatap lelaki di sampingnya.
 Apa David tidak sadar arti diamku ini??
 Fitri tampak pucat dibalik uraian rambut hitamnya yang terurai. Suasana akhirnya hening, David masih dalam tanda tanya besar?? Karena heran dengan sikap sang kekasihi.Tak seperti biasa Fitri yang dikenalnya periang, lucu dan menggemaskan namun  kini seketika bersikap dingin layaknya berhadapan dengan gunung es.
21 menit berlalu tanpa ada suasana ceria sedikitpun, seiring lipatan jalan yang telah ditempuh dan kini mereka telah tiba di PUSKESMAS. Setelah mengambil nomor  urut dan cukup lama antri dalam ruangan tibalah saatnya giliran Fitri untuk masuk.
Dokter yang nampak anggun dengan jilbab putih yang diperkirakan seusia 35-an itu dengan ramah menyambut Fitri dan David. Setelah meng-anamnesa keduanya, Dokter menanyakan keluhan – keluhan kliennya. Kini dari wajah Dokter tampak raut bahagia karena berdasarkan keluhan- keluhan yang disampaikan Fitri selalu menjuru ke arah tanda-tanda  kehamilan, namun untuk lebih memastikan diagnosa Dokter segera melakukan pemeriksaan secara langsung dan meminta Fitri agar bisa diambil urine-nya untuk lebih meyakinkan klienya yang satu ini. Dan ternyata hasilnya benar Fitri  posif hamil!! J
Dokterpun memberi selamat kepada keduanya, namun Fitri refleks bercucuran air mata dan segera memberikan testpack  tersebut kepada David. Berbeda dengan respon David, dia langsung keluar dengan wajah yang sulit bagi Fitri menafsirkannya apa?.  Dokter nampak biasa karena menurut kasus-kasus yang di dapati terkadang klien memanipulasi identitas sebagai suami istri padahal bukan. Setelah itu Fitri segera mohon diri dan segera mengejar langkah David yang begitu cepat.
Namun setibanya diluar dia hanya mendapati mobil David yang berjalan meninggalkan parkiran.
 “David, jangan pergi....” keluhnya sambil menjulurkan tangan seakan berharap David mengerti perasaannya. Dia tak mampu menahan butiran hangat itu jatuh mengaliri di kedua lesung pipinya, dia menangis sambil perlahan luluh melantai di depan PUSKESMAS bagaikan lelehan lilin yang terbakar yang bagaimanapun tetap akan jatuh mengikuti gerak gravitasi. Kini dia hanya mampu mendekapkan kedua kaki di depan dada antara bingung mau dibawa kemana kedua kakinya ini melangkah? Apa kata Ibunya nanti yang kini sementara bekerja keras seorang diri tanpa di dampingi sang suami yang telah 5 tahun lebih telah meninggalkannya menuju sisi Ilahi. Bagaimana dengan kuliahnya nanti? Cita-citanya yang merupakan titipan harapan sang Ayah kini telah luntur ?
Seketika itu seorang wanita berjilbab dengan memakai jas putih yang  tidak lain adalah Dokter tadi segera menghampirinya dengan maksud untuk mengembalikan tasnya tadi yang tertinggal di ruangan pemeriksaan.  Namun dirinya terkejut mendapati kliennya barusan menangis sambil melantai di depan PUSKESMAS. Diapun menegur dan berusaha menenangkan kliennya itu dan mencoba berempati. Menanyakan apa yang sebenarnya terjadi? Mana lelaki yang tadi bersamanya?                                                                                                                                                                               
“jadi yang tadi bukan suaminya ya?? Tapi pacar”
Dokter berusaha memastikan prediksinya untuk kali ini.                                                                                                                                                                                                             Dokter  pun menjelaskan karna kasus seperti ini telah banyak di dapatinya dan kebanyakan memintanya untuk di aborsi, namun sang Dokter menjelaskan bahwa dirinya tidak memberikan pelayanan seperti itu bukan karena alasan melanggar kode etik sebagai Dokter  saja, disamping itu sama saja membunuh calon pejuang hidup!! Dokter  dengan keterampilannya dalam berkomunikasi dengan mudah dia mengambil hati Fitri, meskipun dengan awal yang sulit karna baginya begitulah awal dari kejujuran semuanya akan terasa pahit jika akan di uraikan, karna secara naluri tidak seorangpun yang ingin aibnya di ketahui oleh orang lain.
 Namun sadarkah manusia?? Bahwa setiap aib  ALLAH begitu halus menutupinya? Bukan karna pantas untuk ditutupi  tapi justru ALLAH memberikan kesempatan pada hambaNya untuk kembali dalam pangkuanNYA. Dokterpun segera merangkulnya untuk duduk diruangannya karna berhubung belum ada klien. Seketika itu Fitri merasa mulai timbul kepercayaanya karna melihat dari cara komunikasi  sang Dokter  tersebut yang memberi kesan dapat dipercaya untuk meminta saran serta solusi intuk dirinya kali ini, Fitripun mulai mengulas panjang sepotong kisah sekaligus masalah yang dihadapinya sekarang,  tentang keraguannya yang sekarang timbul kemana seharusnya ia akan membantingkan stir kehidupanya karna terlanjur dia hampir saja membuat seluruh anggota badannya mengalami  kecelakaan, meskipun ada saja yang lecet yang baginya begitu parah untuk diobati karna memerlukan waktu yang panjang unntuk mengobatinya, karna dirinya telah terlanjur mengabaikan pencegahan sehingga sekarang dirinya harus berobat yang tak hanya memakan materi namun juga psikologinya terganggu, kini dirinya merasa begitu rapuh  dan satu-satunya tempat sekarang yang dipercayainya ada di depan mata, yang mungkin saja mampu membentangkan solusi terbaik. Benarkah?? Ataukah hanya saran untuk menatapi semua yang terjadi dengan onggakan sabar sebagaimana prediksinya bahwa kebanyakan orang hanya tahu menyarankan sabar tanpa ada yang namanya solusi, karna menurutnya sabar bukanlah solusi namun itu layaknya infus yang tak lain sebagai penenang saja yang membantu masalah akan teratasi.
Dokterpun mulai memeberikan penawaran untuk tidak mengaborsi anak yang terlanjur hadir tanpa di dahului planing tersebut untuk tetap bertahan dan mau tinggal di rumahnya, masalah bagaimana nanti semampunya akan tetap di bantu dan akhirnya Fitri seolah mendapatkan titik terang dalam kegelapan fikirannya yang selama ini selalu menghantuinya . mau tinggal dimana? Ibu  tentunya tidak bisa dia harapkan karna hal itu sama saja mencoreng nama baik Ibunya, tinggal di kos? Bukanlah suatu solusi yang baik karna sama saja membuka aibnya di mata teman satu kostannya, sementara itu untuk kehamilannya saat ini biarlah “si brengsek”  saja yang tahu yang tentunya seumur hidupnya,  dirinya yakin tak akan mampu tenang karna dosanya akan kian bertambang seiring bertambah  tua kehamilannya.
**********
Fitri bersama Dokter akhirnya tiba di rumah Dokter tersebut. Sesampainya di rumah yang dilihatnya begitu ramai, dirinya terkejut karena banyak kamar disana terlihat berjejeran layaknya tempat kos-an. Suasana begitu ramai karena banyak dengan suara tangisan, canda tawa anak kecil dan dilihatnya kebanyakan seumurannya selain itu juga banyak yang berjilbab, yang ada hanyalah kaum hawa sedikitpun dirinya tak melihat sosok pria. Mereka terus berjalan lurus menuju suatu tempat yang di janjikan oleh Dokter  yang bisa di jadikan tempat tiggalnya kapanpun dirinya ingin tinggal. Selama berjalan wanita-wanita yang berjilbab menyapanya dengan sopan dengan memanggil bunda, dan tampak sesekali ada juga yang menanyakan perihal anaknya kenapa begini dan begitu?? Dalam fikirannya ini tempat apa sih?? Kalau di bilang pesantren,  bukan! karna ada juga yang tidak berjilbab? Pesantren bukan juga , masa ada balita?? Nggak sampe 20an juga munkin orang disini.
Setelah berapa lama mereka berjalan akhirnya Dokterpun berhenti di depan suatu kamar dan mempersilahkannya untuk masuk. Fitri masih sibuk dengan memperhatikan wanita yang ada di sekelilingnya itu. Tiba-tiba  seorang gadis yang diperkirakan seusia 17 tahun,  begitu dia datang di kamar yang akan menjadi kamar fitri itu. langsung saja seolah anak yang terlihat begitu manja menanyakan sesuatu , yang ku pikir tidaklah pantas untuk dipertanyakan karna pertanyaannya itu menyangkut  bagaimana cara merawat balita yang sementara demam yang setelah kuperhatikan ternyata yang ditanyakan  itu adalah anaknya?? Sekecil itu tlah memiliki anak?? Pelajaran apalagi yang akan kudapat selama tinggal disini? Tempat apa sih ini?? Fitri hanya mampu mengukir kebinggungannya yang terlukis dibalik wajah cantiknya itu.setelah sang Dokter memaparkan dengan bahasa yang sederhana untuk memberikan pencerahaan kepada gadis tersebut, tampaklah raut wajah gembira dengan ulasan senyum yang merekah dibalik wajahnya yang tergambar raut ketakutan juga disana, entah ketakutan apa?? Dan Dokterpun dengan jiwa keibuannya terlihat berhasil menghapus ketakutan yang tergambar di balik wajah polos gadis tersebut. Setelah lama berkonsultasi pikirku  gadis yang ternyata bernama Irma tersebut segera pamit dan sedikit ulasan senyum  itu menyapaku dengan malu.
Seketika itu refleks saja dibalik rasa penasaranku, mulut ini langsung merocos menanyakan semua yang aku tangkap selama pembicaraan tadi dan ternyata semua rasa penasaran itu akan segera terjawab sebentar malam. Apa sih??
Si Dokter  malah menyuruhku untuk merapikan dulu semua barang-barang yang ada di kamar yang bakal jadi tempat sandaranku untuk bisa bernafas! Karna dia masih banyak urusan seusai ini.
*********
Langit masih mendung. Tinggal menanti beberapa menit awan yang berisikan butir-butir berkah dari langit akan mulai turun menyapa bumi, menyapa permohonan tumbuh-tumbuhan yang selalu mengharapkan kedatangaanya untuk sekedar basahi rongga kehidupan demi mempertahankan hidupnya, menyapa jalanan yang kini kering belum lagi telah dikotori oleh ulah tangan-tangan manusia, yang menyebabkan polusi menjadi  bagian dari waktu yang terus di jalaninya, jikalah  tanah mampu mengeluh mungkin dirinya memilih tinggal saja di pedalaman yang jauh dari polusi yang bisa menghambat porinya menikamati berbagai oksigen segar tanpa bercampurkan zat polutan yang selalu jadi denyut hidupnya, namun jauh dari itu karena ketabahannya yang selalu merendah yang selalu siap dinjak-injak demi kebutuhan orang lain, yang terpenting buat dirinya mampu meringankan  berbagai  beban sesama makhluknya, darinyalah muncul berbagai asupan gizi yang mampu membuat manusia selalu membuat jalinan simbiosis mutualisme dimana keduanaya saling memberikan keuntungan,  namun di satu sisi terkadang juga dirugikan jika manusia yang mengurusinya tidaklah amanah!
Fitri masih memilih berbaring sambil sesekali  menelfon Ibunya hanya untuk mendengar suaranya seketika itu dimatikan kembali, rasanya hati ini tak tega ingin menangis sekeras-kerasnya namun semua itu tak mampu merubah seperti sedia kala karna hatinya akan teriris tatkala mendengar keadaan anaknya sekarang, penyesalan!! selalulah datang terakhir jika datang lebih awal tentulah bukan istilah itu yang akan dipakai, kini dirinya begitu merasa bersalah atas peringatan dari Ibunya yang dirinya abaikan, jika sewaktu itu dirinya memilih mendengar anjuran Ibu untuk tidak ikut ke puncak mungkinlah dirinya sekarang masih sedang asik bersama teman lainnya bersenda gurau, namun semua  seakan tersulap begitu cepat, dalam waktu semalam semua mampu merubah secara drastis segala tentang dirinya, kini nampaklah setan sedang berpesta ria sambil menertawakan keturunan adam yang  masuk dalam jebakan  menuju  jurang kehinaan yang di belenggu oleh indahnya pelangi sebagaimana yang telah di skenarionya semenjak dipecat menjadi penghuni syurga karna kesombongannya, tatkala ditatap begitu indah, ingin menikmatinya karna berbagai corak warna terkemas oleh cerdiknya otak syetan, semakin cerdik seseorang begitupula syetan yang selalu berusaha menjerumuskannya akan selalu meningkatkan lagi  kecerdikannya melalui pengalamannya, belum lagi cobaan dari luar seperti suasana mendukung seakan tim sukses syetan yang dimana-mana selalu mengintai dari depan, belakang, samping kiri, kanan, atas , bawah segala arah selalu diintainya seakan begitu gesit menguasai  berbagai arah, kini sang anak manusia hanya mampu menangis yang tak mampu sediktpun mengulurkan  waktu yang telah berlalu, dalam kebimbangan, keresahan, ketakutan, rasa bersalah, semua kini bercampur aduk menemani butiran-butiran hangat yang jatuh seakan mengerti isyarat syetan yang kini telah menang dalam pertarungan iman. Semua tak memiliki arti lagi? Meskipun otaknya yang terkenal encer mampu menafsirkan namun kini akalnya terbaring pasrah dalam penyesalan yang amat dalam menjemput suatu titik terang yang selalu dirinya abaikan, karna menurutnya agama seperti aturan yang merendahkan arti sebuah kebebasan, hanya tahu haram halal, yang sulit di halalkan namun yang gampang dan nyaman semua di haramkan! Namun semua doktrin syetan yang tlah lama bersarang dalam alam pikirannya yang selalu di junjung tinggi kini luntur dibawa arus penyesalan yang begitu deras sederas beningan hangat yang jatuh yang kini mampu memberikan kehangatan dalam rongga hatinya yang dulu selalu hadir satu musim dingin yang  tiada mengenal musim lain. Dirinya sempat merekam dalam otaknya jikalah telah jatuh dalam suatu lubang jangan lagi kau mengali lubang selanjutnya, karna cahayaNYA akan sukar masuk layaknya terowongan yang selalu dihinggapi kegelapan. Kini matanya bengkak, semua tissu berhamburan dalam kasurnya , dan tanpa disadarinya dokter tersebut telah duduk dekat kasurnya yang mungkin sedari tadi Fitri tak menyadarinya karna saking hanyutnya dia dalam arus penyesalan.
“ eh..dok, sudah dari tadi duduk disini ya? Kok nggak salam?” ucapnya sambil membenarkan posisinya yang tadi berbaring kini duduk sesekali mengusap air matanya yang sedari tadi membanjiri kedua lesung pipinya. Dokterpun menjelaskan sudah 3 kali dirinya mengucapkan salam dari luar karna tak ada balasan dirinya langsung masuk saja berhubung pintu tidak dikunci pula dan menanyakan apakah sudah di makan makanan yang tadi disuruh dibawakan oleh pembantunya, namun ternyata tanpa jawaban mata dokter yang menatap piring yang berisi full oleh makanan masih nampak belum sedikitpun disantap.Namun dokter memakluminya karna ini adalah proses!!? setelah sedikt berbincang rupanya Fitri ingin menagih jawaban si dokter yang semenjak sore tadi di pending menanti malam tiba, dan Dokterpun mulai mencari posisi yang nyaman untuk menuturkan, tidak untuk pertama kali namun telah kesekian kali semenjak 4 tahun silam.
“begini nak, saya memiliki pengalaman yang begitu tragis namun semua itu banyak memberikan arti meskipun diawali oleh rasa penyesalan yang amat dalam, rasanya ibu ingin mati saja!namun begitulah hidup harus tetap berjalan meskipun dengan cara merangkak sekalipun. Ibu sewaktu itu memiliki suami yang menurut ibu begitu menjadi dambaan setiap wanita, namun sayangnya ketika di tengah berdirinya rumah tangga semua kebusukannya perlahan muncul ternyata dibalik kebaikannya selama kita berumah tangga hanya untuk  menguras harta kekayaan ibu untuk istri barunya karna ibu tak mampu memberikanya keturunan. Maka semenjak itulah ibu memutuskan untuk bercerai, meskipun hal itu dibolehkan namun sangat dibenci ALLAH, semenjak itu ibu trauma dengan lelaki apalagi yang begitu baik, karna awal mungkin saja baik namun entah kedepannya?? Tapi ibu menyadari tidak semua lelaki demikian, karna ayah ibu malah di balik ketegasannya yang terkadang kitapun keliru membahasakannya dengan keegoisannaya, ibu bisa jadi seperti ini, ibu pernah tinggal di pondok pesantren dan menjadi pembina secara tidak langsung itu telah mempola jiwa ibu untuk mengasuh yang tentunya dengan disiplin yang tinggi, kemudian berlanjut dalam didikan dunia KESEHATAN  spesifiknya  obstetri dan ginekologi. Karna didikan inilah ibu berinisiatif mewadahi wanita yang terlanjur salah arah yang berkaitan dengan sistem reproduksi ditambah lagi masalah yang ditimbulkan dari luar baik dari sisi keluarga maupun masyarakat, saya bisa merasakan bagaimana beratnya.Bukan berarti ibu sependapat namun ibu hanya ingin meluruskan dengan bungkusan yang menarik, tatkala seseorang diambang penyesalan yang dalam disitulah seseorang bisa lebih mudah ditawarkan titik terang untuk lebih mendekatkan diri lagi kepada penciptanya. lagian ibu juga begitu rindu akan figur seorang anakJ disisi lain harta masih dibilang cukup untuk membantu memfasilitasi keinginan ibu, kamu bisa mengerti kan? Jadi di tempat ini juga nantinya akan diperkenalkan sejumlah aturan-aturan dan berbagai kegiatan untuk mengolah keterampilan kalian untuk menata kembali masa depan kalian yang pernah retak. Kamu lihat kan wanita – wanita yang berjilbab tadi?? Mereka awalnyapun tiba disini dengan kondisi seperti kamu sayang, namun cobalah tatap mereka sekarang begitu berbeda kan?? Itulah yang ibu harapkan!! Penyesalan yang menjadi langkah awal mereka nampak terlihat berbeda, maka dari itu Fitripun harus bisa seperti mereka, namun tentunya proses itulah yang akan membantumu, ibu disini menyusun agenda 24 jam hanya ingin berkontribusi kepada pemerintah sebagaimana tanggung jawab ibu sebagai anggota medis, pemerintah tlah disibukan oleh kasus korupsi sementara ibu melihat remaja sekarang terlantar padahal bisa di bahasakan untuk di daur ulang...sebentar nanti Fitri tinggal memilih bidang apa yang ingin digeluti, akan ibu usahakan untuk disalurkan selain itu juga ada pembinaan batin yang begitu penting tapi inilah yang sering diabaikan kebanyakan orang, semua ini tampak dari merajalelanya korupsi!!
*******
Semenjak  David lepas tangan terhadap kehamilan  Fitri dengan alasan tidak ingin meninggalkan kuliahnya hanya karna harus menikah, Fitri hanya mampu menerima. Mau bagaimana lagi? Baginya itulah pelajaran berharga, karna telah begitu mudah memberikan kehormatannya tanpa diawali dengan ikatan suci. semua dilewatinya dengan proses ikhlas yang diawali dengan penyesalan yang amat dalam. Namun disatu sisi dia merasa bahagia karna semua itu adalah awal baginya menapaki  sepak terjang kehidupan dibawa cahaya hidayahNya. Apapun yang terjadi akan ada kemudahan selama  dia masih berjalan dalam koridorNya. Dirinya memilih untuk tetap tinggal bersama dokter, karna dimasa-masa sulit ini tak ada tempat yang terbaik menurutnya selain tempat yang sekarang ini dia tinggali. Dimana semua aktivitas berjalan  dengan kesadaran karna telah diawali oleh penyesalan.


Tidak ada komentar: