Ayo Tuliskan!!

Laman

Selasa, 15 November 2011

Catatan Hati Calon Bidan



Semuanya berawal dari tugas mata kuliah PSIKOLOGI.
Menurutku, mmmmm… mantap banget tugasnya karena endingnya menyatu banget dengan aku yang hobynya nulis. Yaitu buat laporan wawancara dan observasi pada ibu hamil. Setelah sepekan lalu cabut undian akhirnya kelompok kami dapat tema yang lumayan mudah untuk mengincar ibu hamil yang sudah memasuki TRIMESTER AKHIR dengan status BARU PERTAMA HAMIL.
Jadi deh kelas kami selalu ngelirik-lirik tetangga, orang dijalan yang perutnya pada buncit berisi dede bayi. Namun nggak cukup itu saja karena pesanan dari dosen juga beragam. Ada yang dapat ibu hamil hamil dengan jarak kelahiran pertama dan keduanya jauh, nggak tahu berapa tahun. Ada yang ibu menjelang bersalin dengan diagnosis operasi caesar. Pokoknya banyak deh!
Dari materi-materi yang selama ini sudi masih mengendap di otak, persoalan psikologi ibu hamil yang mendekati fase bersalin masih terekam jelas yaitu mendominasinya sekarung ketakutan! Mulai dari yang takut gimana proses bersalinnya, macet atau kelamaan karena nggak kuat. Atau juga takut kalo-kalo anak yang dilahirkannya nanti cacat.
Dan kemarin setelah melakukan interview sekaligus mengobservasi langsung si calon ibu, waw … jadi kebayang takutnya si calon ibu itu gimana. Sinyal empati makin kuat!
“ kita kwa waktu itu ada lia kita pe tante ada melahirkan. Pas ada lia itu ade ada kaluar, huftt … kita tako sekali apalagi waktu depe ari-ari mo kaluar. Duh tambah bekeng kita tako mo melahirkan. Bagemana kang kita nanti?” ucap ibu hamil yang telah memasuki usia 8 bulan itu dan berhasil kelompok kami wawancarai. Itu baru dari faktor internal saja yang memicu rasa takut ibu ketika menjelang bersalin. Namun setelah kami tanya lebih jauh ternyata faktor eksternal yang punya pengaruh besar terhadap psikologi ibu ketika mendekati persalinan.
“ sedangkan kita pe tamang ada sementara bakuat melahirkan sampe-sampe babatariak. Eh … itu ses babilang bagini. Ngana ini kalo babekeng babadiam, nanti kong mo kase lahir babataria sama deng itu kambing batariak karena so lapar!” ucap ibu hamil yang taksiran persalinannya ini 4 desember kedepan.( wow, udah dekat)
Aku dan temanku sontak saja secara bersamaan heran sambil tertawa sedikit. Dalam batinku status bidan telah tercemar hanya karena lontaran kata. Naudzubillah … semoga bidan-bidan generasi setelahnya tidak demikian. Kiranya ini menjadi lampu merah untuk menghentikan beragam gangguan psikogi ibu menjelang bersalin yang pada dasarnya butuh motivasi bukan sensasi bidan yang tak tahu diri!
Kata-kata seperti itu sering menjadi study kasus kami terutama dalam materi Psikologi. Padahal sebagai bidan, pengetahuan tentang psikologi ibu hamil sudah menjadi bagian dari kumpulan materi yang diajarkan. Namun dalam prakteknya hanya dikembalikan “ tergantung kepribadian masing-masing”. Disinilah letak profesionalitas seorang bidan yaitu mampu menerapkan pengetahuannya tidak hanya mengandalkan keterampilannya saja!
“ Bidan yang masih berkata-kata begitu berarti bidan yang nggak ngerti psikologi!” peringatan yang disampaikan oleh dosen psikologi, yang sering kami sapa akrab “kak Nana”.
Seharusnya dimasa-masa bersalin disitulah menjadi ladang penguji para emosi bidan. Karena dimasa itu juga seorang ibu seolah-olah menjadi pembatas antara hidup dan mati. Maka dari itu perlunya keseimbangan antara bidan selaku pemberi pelayanan dan ibu selaku objek yang akan dilayani.
So, terus belajar dari pengalaman untuk mewujudkan penurunan angka kematian ibu dan anak biar derajat kesehatan makin meningkat. Bukankah pelayanan tenaga medis menjadi faktor meningkatnya derajat kesehatan masyarakat?

Tidak ada komentar: