Ayo Tuliskan!!

Laman

Sabtu, 10 Desember 2011

TETANUS NEONATORUM


A.DEFINISI TETANUS NEONATORUM
Adalah penyakit tetanus yang terjadi pada neonatus (bayi berusia kurang 1 bulan) yang disebabkan oleh Clastridium Tetani, yaitu kuman yang mengeluarkan toksin (racun yang menyerang sistem saraf pusat).

B.PENYEBAB
Tetanus Neonatorum merupakan penyebab radang yang sering dijumpai pada BBLR bukan karena trauma kelahiran atau afiksia tetapi disebabkan oleh infeksi mana neonatal antara lain:
1. Infeksi melalui tali pusat
2. Akibat pemotongan tali pusat yang kurang steril
3. Pemberian imunisasi Tetanus Toksoid (TT) pada ibu hamil tidak dilakukan, atau tidak lengkap, atau tidak sesuai dengan ketentuan program
4.Pertolongan persalinan tidak memenuhi persyaratan kesehatan Clostridium tetani terdapat di tanah, dan traktus digestivus manusia dan hewan. Kuman ini dapat membuat spora yang tahan lama dan dapat berkembang biak dalam luka yang kotor atau jaringan nekrotik yang mempunyai suasana anaerob.

C .INSIDEN
Angka kematian kasus (Case Fatality Rate atau CFR) sangat tinggi pada kasus Tetanus Neonatorum yang tidak dirawat, angka mendekati 100%. Angka kematian kasus Tetanus Neonatorum yang dirawat di rumah sakit di Indonesia bervariasi dengan kisaran 10,8 – 55%.

D.MASA INKUBASI
Tetanus Neonatorum ini terjadi selama 5-14 hari. Pada umumnya Tetanus Neonatorum ini lebih cepat dan penyakit berlangsung lebih berat daripada Tetanus pada anak.

E.GEJALA
1.Bayi yang semula dapat menetek, kemudian sulit menetek karena kejang otot rahang dan faring
2.Mulut bayi mencucu seperti mulut ikan
3.Kejang terutama bila terkena rangsang cahaya, suara, sentuhan
4.Kadang disertai sesak nafas dan mulut bayi membiru
5.Suhu tubuh meningkat Kaku kuduk
6.Kekakuan disertai sianosis
7.Nadi meningkat
8.Berkeringat banyak
9.Tidak dapat menangis lagi
10.Mata terus tertutup
11.Dinding perut keras Kesadaran baik

F.PATOFISIOLOGI
Kelainan patologik biasanya terdapat pada otak, sumsum tulang belakang, dan terutama pada nukleus motorik kematian disebabkan oleh Asfiksia akibat spasmus laring pada kejang yang lama. Selain itu, dapat disebabkan oleh pengaruh langsung pada pusat pernapasan dan peredaran darah. Sebab kematian yang lain ialah Pnemunia Aspirasi dan Sepsis. Kedua sebab yang terakhir ini mungkin sekali merupakan sebab utama kematian Tetanus Neonatorum di Indonesia.
Pada bayi, penyakit ini ditularkan biasanya melalui tali pusat, yaitu karena pemotongan tali pusat dengan alat tidak steril. Selain itu infeksi dapat juga melalui pemakaian obat (dermatol), bubuk daun-daunan yang digunakan dalam perawatan tali pusat.
G.FAKTOR RESIKO

1.Imunisasi TT tidak dilakukan/tidak sesuai dengan ketentuan program
2.Pertolongan persalinan tidak memenuhi syarat atau tidak sesuai APN
3.Perawatan tali pusat tidak memenuhi standar kesehatan

H.PENCEGAHAN
1.Imunisasi TT
2.Memperhatikan sterilitas saat pemotongan dan perawatan tali pusat

I.PENANGANAN
Penanganan secara umum pada Tetanus Neonatorum:
1. Mengatasi kejang
a) Kejang dapat diatasi dengan mengurangi rangsangan, penderita/bayi ditempatkan di kamar yang tenang dengan sedikit sinar mengingat penderita sangat peka akan suara dan cahaya.
b) Memberikan suntikan anti kejang, obat yang dipakai ialah kombinasi fenobarbital dan largaktil. Fenobarbital dapat diberikan mula-mula 30-60 mg parenteral, kemudian dilanjutkan per os dengan dosis maksimum 10 mg per hari. Largaktil dapat diberikan bersama luminal, mula-mula 7,5 mg parenteral, kemudian diteruskan dengan dosis 6 x 2,5 mg setiap hari. Kombinasi yang lain ialah Kloralhidrat yang diberikan lewat anus.
2. Menjaga jalan nafas tetap bebas dengan membersihkan jalan nafas. Pemasangan spatel bila lidah tergigit
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus, umumnya di tali pusat atau di telinga
4. Pemberian antitoksin
Untuk mengikat toksin yang masih bebas dapat diberi ATS dengan dosis 10.000 satuan setiap hari selama 2 hari berturut-turut dengan IM, kalau per infuse diberikan ATS 20.000 UI sekaligus.
5.Pemberian antibiotic
Untuk mengatasi infeksi dapat digunakan penisilin 200.000 UI setiap hari dan diteruskan sampai 3 hari sesudah panas turun atau ampisilin 100 mg/kgBB per hari dibagi dalam 4 dosis secara intravena selama 10 hari.
6. Perawatan yang adekuat, meliputi:
a) Kebutuhan oksigen
b) Makanan (harus hati-hati dengan memakai pipa yang dibuat dari polietilen atau karet)
c) Keseimbangan cairan dan elektrolit, kalau pemberian makanan peros tidak mungkin maka diberikan makanan dan cairan intravena. Cairan intravena berupa larutan glukosa 5% : NaCI fisiologik 4:1 selama 48-70 jam sesuai dengan kebutuhan, sedangkan untuk selanjutnya untuk memasukkan obat.
Bila sakit penderita lebih dari 24 jam atau sering terjadi kejang atau apnue, berikan larutan glukosa 10% : natrium bikarbonat 4:1 (sebaiknya jenis cairan disesuaikan dengan hasil pemeriksaan analisa gas darah) bila setelah 72 jam belum mungkin diberikan minuman per oral, maka melalui cairan infus perlu ditambahkan protein dan kalium.
d) Tali pusat dirawat dengan kasa bersih dan kering

G. DIAGNOSA/MASALAH DAN PENANGANAN
Diagnosa atau masalah terjadinya Tetanus Neonatorum:
1. Terjadinya Gangguan Fungsi Pernapasan
Pada masalah ini dapat disebabkan kuman yang menyerang otot-otot pernapasan sehingga otot pernapasan tidak berfungsi. Adanya spasme mulut dan tenggorokan sehingga mengganggu jalan nafas.
 Intervensinya yang dapat dilakukan:
a) Atur posisi bayi dengan kepala ekstensi
b) Berikan oksigan 1-2 liter/menit. Jika sedang terjadi kejang karena sianosis bertambah berat O2 diberikan lebih tinggi dapat sampai 4 liter/menit (jika kejang berhenti turunkan lagi)
c) Bila terjadi kejang, pasang sudip lidah untuk mencegah lidah jatuh ke belakang dan juga memudahkan penghisapan lendir bila ada, lebih baik dipasang guedel (selama masih banyak kejang guedel atau sudip lidah dipasang terus)
d) Sering isap lendir yakni pada saat kejang, jika akan melakukan nafas buatan pada saat apnea dan sewaktu-waktu terlihat lendir pada mulut bayi
e) Observasi tanda vital secara kontinu setiap ½ jam dan catat secara cermat, pasien Tetanus Neonatorum karena mendapatkan anti Konvulsan terus kemungkinan sewaktu-waktu dapat terjadi apnea
f) Usahakan agar tempat tidur bayi dalam keadaan hangat (pasang selubung tempat tidur/kain di sekeliling tempat tidur karena selama payah bayi sering dalam keadaan telanjang, maksudnya agar memudahkan pengawasan pernapasannya). Bila bayi kedinginan juga dapat menyebabkan apnea
2. Pemenuhan Nutrisi atau Cairan
Akibat bayi tidak mau menetek dan untuk memenuhi kebutuhan makanannya perlu diberi infus dengan cairan glukosa 10%. Tetapi karena bayi juga sering sianosis maka cairan ditambahkan natrikus 11/2% dengan perbandingan 4:1.
3. Kurangnya Pengetahuan Orang Tua
Pada orang tua pasien yang bayinya menderita Tetanus perlu diberikan penjelasan bahwa bayinya menderita sakit berat atau bahaya maka memerlukan tindakan dan pengobatan khusus. Selain itu, yang perlu dijelaskan ialah bila ibunya hamil lagi agar minta suntikan pencegahan tetanus.


http://cyntaa.wordpress.com/2010/02/26/askeb-tetanus-neonatorum/
http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/tetanus-neonatorum/

Tidak ada komentar: