A. Definisi AIDS
AIDS adalah singkatan dari Syndrome Acquired Immune Deficiency yang merupakan dampak atau efek dari perkembangbiakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV ( Human imunodeficiency virus) yang termasuk famili retroviridae dan membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan sangat berbahaya.
B. Penyebab AIDS
HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency Virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun.
Virus HIV menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus HIV baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh.Tanpa kekebalan tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia hanya karena terkena pilek biasa.
C. Metode Penularan dan Penyebaran Virus HIV AIDS
a. Lewat cairan darah
Melalui transfusi darah / produk darah yg sudah tercemar HIV. Lewat pemakaian jarum suntik yang sudah tercemar HIV, yang dipakai secara bergantian tanpa disterilkan, misalnya pemakaian jarum suntik dikalangan pengguna Narkotika Suntikan. Melalui pemakaian jarum suntik yang berulangkali dalam kegiatan lain, misalnya : peyuntikan obat, imunisasi, pemakaian alat tusuk yang menembus kulit, misalnya alat tindik, tato, dan alat facial wajah.
Pengguna narkotika suntik memilikiresiko tinggi untuk tertular virus HIV atau bibit penyakit lain yang dapat menular melalui darah. Survei sentinel yang dilakukan RS ketergantungan obat di jakarta menunjukan peningkatan kasus infeksi HIV pada pengguna narkotika yang sedang menjalani rehabilitasi yaitu 15% pada tahun 1991, meningkat cepat menjadi 40,8% pada tahun 2000, dan 47,9% pada tahun 2001. Bahkan sebuah survei kelurahan di jakarta pusat yang dilakukan oleh yayasan pelita ilmu menunjukan 93% pengguna narkotika terinfeksi HIV.
b. Lewat cairan sperma dan cairan vagina
Melalui hubungan seks penetratif (penis masuk kedalam Vagina/Anus, tanpa menggunakan kondom, sehingga memungkinkan tercampurnya cairan sperma dengan cairan vagina (untuk hubungan seks lewat vagina) ; atau tercampurnya cairan sperma dengan darah, yang mungkin terjadi dalam hubungan seks lewat anus.
c. Lewat Air Susu Ibu
Penularan ini dimungkinkan dari seorang ibu hamil yang HIV positif, dan melahirkan lewat vagina; kemudian menyusui bayinya dengan ASI. Kemungkinan penularan dari ibu ke bayi (Mother-to-Child Transmission) ini berkisar hingga 30%, artinya dari setiap 10 kehamilan dari ibu HIV positif kemungkinan ada 3 bayi yang lahir dengan HIV positif.
d. Melalui hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV.
Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang terinfeksi HIV tanpa memakai kondom Melalui transfusi darah, Melalui alat-alat tajam yang telah tercemar HIV (jarum suntik, pisau cukur, tatto, dll) l Melalui ibu hamil yang terinfeksi HIV kepada janin yang dikandungnya atau bayi yang disusuinya. Dalam satu kali hubungan seks secara tidak aman dengan orang yang terinfeksi HIV dapat terjadi penularan. Walaupun secara statistik kemungkinan ini antara 0,1% hingga 1% (jauh dibawah risiko penularan HIV melalui transfusi darah) tetapi lebih dari 90% kasus penularan melalui hubungan seks yang tidak aman. karena kegiatan sehari-hari Odha tidak memungkinkan terjadinya pertukaran cairan tubuh yang menularkan HIV. Kita tidak tertular HIV selama kita mencegah kontak darah dengan Odha dan jika berhubungan seks, kita melakukannya secara aman dengan memakai kondom
Seorang Odha kelihatan biasa, seperti halnya orang lain karena tidak menunjukkan gejala klinis. Kondisi ini disebut “asimptomatik” yaitu tanpa gejala. Pada orang dewasa sesudah 5-10 tahun mulai tampak gejala-gejala AIDS.
e. Hubungan seksual secara anal (lewat dubur)
Hubungan seksual melalui dubur merupakan yang paling berisiko menularkan HIV, karena epitel mukosa anus relatif tipis dan lebih mudah terluka dibandingkan epitel dinding vagina, sehingga HIV lebih mudah masuk ke aliran darah.Dalam berhubungan seks vaginal, perempuan lebih besar risikonya daripada pria karena selaput lendir vagina cukup rapuh. Disamping itu karena cairan sperma akan menetap cukup lama di dalam vagina, kesempatan HIV masuk ke aliran darah menjadi lebih tinggi. HIV di cairan vagina atau darah tersebut, juga dapat masuk ke aliran darah melalui saluran kencing pasangannya.
f. Jarum suntik atau alat tindik yang terkontaminasi.
Secara langsung (transfusi darah, produk darah atau transplantasi organ tubuh yang tercemar HIV) l Lewat alat-alat (jarum suntik, peralatan dokter, jarum tato, tindik, dll) yang telah tercemar HIV karena baru dipakai oleh orang yang terinfeksi HIV dan tidak disterilisai terlebih dahulu. Karena HIV – dalam jumlah yang cukup untuk menginfeksi orang lain- ditemukan dalam darah, air mani dan cairan vagina Odha. Melalui cairan-cairan tubuh yang lain, tidak pernah dilaporkan kasus penularan HIV (misalnya melalui: air mata, keringat, air liur/ludah, air kencing).
Oleh karena itu kelompok risiko tinggi terhadap HIV / AIDS misalnya pengguna narkotika, pekerja seks komersil dan pelanggannya serta narapidana. Fakta yang paling menghawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV yang paling nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar odha adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan kelompok usia produktif. Anggapan bahwa pengguna narkotika hanya berasal darikeluarga broken home dan kaya juga tampaknya mulai luntur. Pengaruh teman sebaya( peer group ) tampaknya lebih menonjol.
AIDS tidak ditularkan melalui:
• Makan dan minum bersama, atau pemakaian alat makan minum bersama.
• Pemakaian fasilitas umum bersama, seperti telepon umum, WC umum, dan kolam renang.
• Ciuman, senggolan, bersentuhan, berjabat tangan, pelukan dan kegiatan sehari-hari lainnya.
• Lewat keringat, bersin, batuk, gigitan nyamuk atau serangga lain
D. Gejala-gejala HIV/AIDS
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian HIV/AIDS bahwa rata-rata perkembangan infeksi virus HIV menjadi AIDS adalah 2-10 tahun. Pada saat seseorang tersebut tidak menunjukkan gejala apapun dan merasa sehat-sehat saja.Bahkan seseorang tersebut tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi virus HIV.
Seorang bayi yang terlahir dengan kondisi terinfeksi HIV akan terlihat sehat saja. Tetapi terkadang , antara 2-3 bulan setelah kelahirannya, bayi yang terinfeksi akan mulai kelihatan sakit-sakitan, dengan pertambahan berat badan yang kurang, infeksi jamur di mulut yang kerap kali terjadi(trush-sariawan), limfa yang membengkak dan membesar, masalah dengan sistem saraf, infeksi berbagai jenis bakteri, termasuk juga radang paru-paru( pneumonia)
Pada remaja dan orang dewasa muda yang terinfeksi HIV biasanya tidak menunjujkan gejala-gejala pada saat terinfeksi. Bahkan, terkadang gejala-gejalanya baru terlihat Setelah 2-10 tahun terinfeksi barulah timbul gejala-gejala infeksi, misalnya infeksi jamur oportunistik atau timbulnya herpes zoster (cacar ular).Hal ini disebabkan karena jumlah sel T4 seseorang menurun dari sekitar 1000 sel per ml darah sebelum terinfeksi hingga 200 sampai 300 per ml darah setelah terinfeksi.
Namun pada kasus seseorang tersebut telah menderita AIDS, maka terjadi gejala-gejala :
1. Saluran pernafasan.
Penderita mengalami nafas pendek, henti nafas sejenak, batuk, nyeri dada dan demam seperti terserang infeksi virus lainnya (Pneumonia).Tidak jarang diagnosa pada stadium awal penyakit HIV AIDS diduga sebagai TBC.
2. Saluran Pencernaan.
Penderita penyakit AIDS menampakkan tanda dan gejala seperti hilangnya nafsu makan, mual dan muntah, kerap mengalami penyakit jamur pada rongga mulut dan kerongkongan, serta mengalami diare yang kronik.
3. Berat badan tubuh.
Penderita mengalami hal yang disebut juga wasting syndrome, yaitu kehilangan berat badan tubuh hingga 10% dibawah normal karena gangguan pada sistem protein dan energy didalam tubuh seperti yang dikenal sebagai Malnutrisi termasuk juga karena gangguan absorbsi/penyerapan makanan pada sistem pencernaan yang mengakibatkan diarhea kronik, kondisi letih dan lemah kurang bertenaga.
4. System Persyarafan.
Terjadinya gangguan pada persyarafan central yang mengakibatkan kurang ingatan, sakit kepala, susah berkonsentrasi, sering tampak kebingungan dan respon anggota gerak melambat. Pada system persyarafan ujung (Peripheral) akan menimbulkan nyeri dan kesemutan pada telapak tangan dan kaki, reflek tendon yang kurang, selalu mengalami tensi darah rendah dan Impoten.
5. System Integument (Jaringan kulit).
Penderita mengalami serangan virus cacar air (herpes simplex) atau carar api (herpes zoster) dan berbagai macam penyakit kulit yang menimbulkan rasa nyeri pada jaringan kulit. Lainnya adalah mengalami infeksi jaringan rambut pada kulit (Folliculities), kulit kering berbercak (kulit lapisan luar retak-retak) serta Eczema atau psoriasis.
6. Saluran kemih dan Reproduksi pada wanita.
Penderita seringkali mengalami penyakit jamur pada vagina, hal ini sebagai tanda awal terinfeksi virus HIV.Luka pada saluran kemih, menderita penyakit syphillis dan dibandingkan Pria maka wanita lebih banyak jumlahnya yang menderita penyakit cacar. Lainnya adalah penderita AIDS wanita banyak yang mengalami peradangan rongga (tulang) pelvic dikenal sebagai istilah 'pelvic inflammatory disease (PID)' dan mengalami masa haid yang tidak teratur (abnormal).
E. Tahapan HIV/AIDS
Pada tahun 1990, World Health Organization (WHO) mengelompokkan berbagai infeksi dan kondisi AIDS dengan memperkenalkan system tahapan untuk pasien yang terinfeksi HIV.
Tahapan tersebut adalah sebagai berikut :
1.Stadium I
Tidak ada gejala. Pada tahap awal HIV, gejalanya tidak terlihat. Seseorang dapat saja mengidap AIDS selama bertahun- tahun tanpa menyadarinya. Tes darah oleh dokter akan menunjukan antibodi setelah mereka terbentuk dalam rangka melwan virus AIDS, tapi perlu waktu 3 bulan sebelum antibodi tersebut terbentuk.
2.Stadium II
Sakit yang tidak terlalu parah. Pada tahap ini, virus berkembang di dalam sel darah putih dan menghancurkannya. Saat hampir seluruh sel telah dihancurkan, sistem kekebalan juga ikit hancur dan tubuh akan menjadi lemah. Beberapa gejala yang mungkin terlihat: penderita mulai merasa lelah, berat badan turun. Mereka munngkin akan terkena sakit batuk, pilek, diare, demam atau berkeringat di malam hari. Pengidap HIV yang terkena salesma akan lebih terancam jiwanya dibanding orang lain yang tidak mengidap HIV.
3.Stadium III
Sakit parah. Pada saat ini virus telah hampir menghancurkan sistem kekebalan tubuh. Tubuh akan mengalami kesulitan untuk melawan bakteri. Selain itu juga penderita dapat terkena sejenis kanker yang disebut Sarkoma Kaposi. AIDS tidak membunuh penderitanya, tapi infeksi penyakit lainnya dan kankerlah yang melakukannya.
F. Upaya Pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS
Sampai saat ini belum ada penyembuhan bagi AIDS, sehingga pencegahan infeksi HIV perlu dilakukan.Pencegahan berarti tidak berkontak dengan cairan tubuh yang tercemar HIV.
Maka dari itu upaya pencegahannya adalah seseorang harus :
1.Melakukan abstinensi seks atau hubungan kelamin monogamy bersama dengan pasangan yang tidak terinfeksi.
2.Diperiksa untuk mengetahui ada tidaknya virus paling sedikit 6 bulan setelah hubungan kelamin terakhir yang tidak terlindung, karena pembentukkan antibody mungkin memerlukan waktu paling sedikit 6 bulan setelah terpajang virus HIV.
3.Menggunakan kondom lateks apabila terjadi hubungan kelamin dengan orang yang status HIV-nya tidak diketahui. Walupun dapat secara bermakna mengurangi resiko penularan HIV, kondom lateks tidak dapat menjamin perlindungan 100% terhadap penularan virus.
4.Tidak melakukan tukar menukar jarum suntik dengan siapapun untuk alasan apapun.
5.Mencegah infeksi janin atau bayi baru lahir. Apabila wanita hamil positif HIV-nya, maka obat-obat atau antibody anti HIV dapat diberikan selama kehamilan dan kepada bayinya setelah lahir. Ibu yang terinfeksi jangan menyusui bayinya. Pompa payudara jangan ditukar pakaikan.
6.Yang paling penting adalah dengan spiritual. Meningkatkan keimanan diri kepada Tuhan agar tidak terjerumus kedalam pergaulan bebas.
Ada beberapa jenis program yang terbukti sukses diterapkan di beberapa negara dan amat dianjurkan oleh WHO, untuk dilaksanakan secara sekaligus, yaitu:
a.pendidikan kesehatan reproduksi untuk remaja dan dewasa muda.
b.program penyuluhan sebaya untuk berbagai kelompok sasaran.
c.program kerja sama dengan media cetak dan elektronik.
d.paket pencegahan komprehensif untuk pengguna narkoba, termasuk program pengadaan jarum suntik steril.
e.Program pendidikan agama.
f.Program layanan pengobatan infeksi menular seksual( IMS).
g.Program promosi kondom dilokalisasi pelacuran dan panti pijat.
h.Pelatihan keterampilan hidup.
i.Program pengadaan tempat untuk tes HIV dan konseling.
j.Dukungan untuk anak jalanan dan pemberantasan protitusi anak.
k.Integrasi program pencegahan dengan program pengobatan, perawatan dan dukungan untuk odha.
l.Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak dengan pemberian obat ARV.
G. Pemeriksaan HIV/AIDS
Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis laboratorium dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
1.Cara langsung, yaitu isolasi virus dari sample. Umumnya dengan menggunakan mikroskop electron dan deteksi antigen virus. Salah satu cara deteksi antigen virus adalah dengan Polymerase Chain Reaction (PCR).
2.Penggunaan PCR antara lain untuk :
1.Tes HIV pada bayi karena zat anti dari ibu masih ada pada bayi sehingga menghambat pemeriksaan serologis.
2.Menetapkan status infeksi pada individu seronegatif.
3.Tes pada kelompok resiko tinggi sebelum terjadi serokonversi
4.Tes konfirmasi untuk HIV-2 sebab sensitivitas ELISA untuk HIV-2 rendah.
5.Cara tidak langsung, yaitu dengan melihat respons zat anti spesifik. Tes, misalnya :
1.ELISA, sensitivitasnya tinggi (98,1-100%). Biasanya memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah terinfeksi. Hasil positif harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan Western blot.
2.Western Blot, spesifisitas tinggi (99,6-100%). Namun, pemeriksaan ini cukup sulit, mahal, dan membutuhkan waktu sekitar 24 jam. Mutlak diperlukan untuk konfirmasi hasil pemeriksaan ELISA positif.
3.Immunofluorescent assay (IFA).
4.Radioimmunopraecipitation assay (RIPA).
H. Terapi Untuk Penderita HIV / AIDS
Sampai saat ini belum ditemukan pengobatan yang memungkinkan seseorang sembuh dari infeksi virus HIV.Tetapi pengobatan ini hanya mampu untuk menghambat pertumbuhan virus HIV.
Yaitu dengan :
1.Obat-obat anti HIV, misalnya azidotimidin (AZT), yang menghambat enzim reverse transcriptase dan tampaknya efektif untuk menurunkan jumlah infeksi yang diidap pasien AIDS.
2.Pendidikan untuk menghindari alcohol dan obat-obatan serta merokok.
3.Menghindari infeksi lain, karena infeksi tersebut dapat mengaktifkan sel T dan dapat mempercepat replikasi HIV.
4.Terapi untuk kanker dan infeksi spesifik apabila penyakit-penyakit tersebut muncul.
Dalam pustaka lain disebutkan bahwa pemberian ARV( antiretroviral ) telah menyebabkan kondisi kesehatan odha jauh lebih baik. Pneumonia pada odha yang hilang timbul, biasanya mengharuskan odha minum obat infeksi agar tidak kambuh. Namun sekarang dengan minum obat ARV teratur, banyak odha yang tidak memerlukan minum obat profilaksis terhadap pneumonia.
Terdapat penurunan kasus kanker yang terkait dengan HIV seperti sarkoma kaposi dan limfoma dikarenakan pemberian obat antiretroviral tersebut. Sarkoma kaposi dapat spontan membaik tanpa pengobatan khusus. Penekanan terhadap replikasi virus menyebabkan penurunan produksi sitokin dan protein virus yang dapat menstimulasi pertumbuhan sarkoma kaposi. Selain itu pulihnya kekebalan tubuh dapat membentuk respon imun yang efektif terhadap kuman herpesvirus yang dihubungkan dengan sarkoma kaposi.
Obat ARV juga diberikan pada beberapa kondisi khusus seperti pengobatan profilaksis pada orang yang terpapar dengan cairan tubuh yang mengandung virus HIV dan pencegahan penularan dari ibu terhadap bayi.
Program pencegahan penularan HIV dari ibu ke bayi dengan pemberian obat ARV penting untuk mendapatkan perhatian lebih besar mengingat sudah ada bayi di indonesia yang tertular HIV dari ibunya. Efektifitas penularan HIV dari ibu ke bayi adalah 10-30%. Arinya dari 100 ibu hamil yang terinfeksi HIV, ada 10-30 bayi yang tertular. Sebagian besar tertular sewaktu proses melahirkan, dan sebagian kecil melalui plasenta selama kehamilan dan sebagian lagi melalui air susu ibu.
Kendala yang dikhawatirkan adalah biaya untuk membeli obat ARV. Obat ARV yang dianjurkan untuk PTMCT adalah zidovudin(AZT) atau nevirapin. Pemberian nevirapin dosis tunggal untuk ibu dan bayi dinilai sangat mudah diterapkan dan ekonomis. Sebetulnya pemberian terbaik adalah obat ARV yang dikombinasikan dengan operasi sesar, karena dapat menekan penularan sampai 1%. Namun sayangnya di negara berkembang seperti indonesia tidak mudah untuk melakukan operasi sectio caesaria yang murah dan aman
SUMBER:
http: // www. HIV / AIDS. Web.id
Adik Kurniawan, S. KED, islam de medicinae. yogyakarta. pinus book publisher
Fakultas kedokteran UI. 2007. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Jakarta. Pusat penerbitan DIPD
Situs http: //www. / Penyebaran Virus HIV AIDS - Info / PMS. Web .id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar