Ketika kecewa itu datang menghampiri. Cukuplah kitab-Nya menjadi penenang sejati. Kekecewaan karena iman yang belum tertanam dalam unsur kepribadian kini diganti dengan pelajaran langsung melalaui didikan kitab-Nya.
Setiap orang tentunya ingin dimengerti, tak ingin dipersalahkan apalagi memvonis dengan begitu cepat. Divonis salah oleh seseorang yang bisa dibilang adalah sosok yang begitu berarti. Meskipun iman itu belum tertancap kuat dibalik kata, cara dan tindakan. Yah..manausiawi.
Undang-undang-Nya menegurku dengan cerdas:
“ Dan jika Tuhan-mu menghendaki tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu(hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman? (yunus:99)
Kata demi kata seolah kekuatan yang mampu merobohkan fikiran yang hendak temui perempatan dibalik arus macetnya jalan fikiran. Fikiran yang terus berjalan menemui titik pemberhentian dan tentunya lalu lintas hati menjadi pengatur keamanan jalur fikiran.
Lampu merah hati menghentikan fikiranku yang asyik menafsirkan ayat-ayat kauniya-Nya. Menyalahkan seseorang yang memiliki latar belakang iman yang lowbeth. Memang iman seseorang tak bisa diukur oleh manusia itu sendiri. Karena takutnya penilaian bersifat subyektif yang berawal dari goresan kecewa akan sikap.
Namun begitu cerdas-Nya Tuhan memaparkan. Yang pertama dari sudut pandang-Nya sebagai sang Maha baik. Jika Dia berkehendak tentunya seluruh penghuni planet bumi akan tunduk dan patuh dengan aturan-Nya.
Lihatlah, betapa bijaknya firman-Nya yang dilanjutkan dengan menggunakan sudut pandang kita sebagai manusia. “ Apakah kamu(hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang beriman?”
Sebagai manusia tentunya kita tak ingin dipaksa karena setiap kita selalu ingin menuntut arti kebebasan. Maka Tuhan pun mengiyakan. Tidak semua manusia beriman, sabar, berprilaku baik, pemaaf, dermawan dan sifat malaikat lainnya.
Dengan adanya sifat seseorang yang berbalik dari sifat ke-malaikatan. Contoh kecil pemarah. Darinya Kita bisa tahu arti sebuah memaafkan. Selain itu melaluinya juga kita bisa mengenal arti sebuah dzikir. Dzikir itu perlu untuk mengendalikan emosi yang meledak-ledak mirip petasan. Yang mampu mengaktifkan saraf simpatik secara berlebihan dan bisa menyebabkan terjadiya penyempitan pembuluh darah pada otak akibat plak. Namanya sesuatu yang berlebihan pastinya memiliki efek samping dan tidak baik.
Begitupun dengan marah. Semakin tinggi emosi seseorang semakin sempit pembuluh darah otaknya. Dan keadaan ini bisa memperburuk suplai oksigen dan nutrisi yang dibutuhkan otak. Dengan melakukan dzikir seseorang yang hobinya marah bisa mengendalikan emosinya, bahkan membuat jiwanya lebih nyaman dan rileks.
“ Ingatlah, hanya dengan mengingat-Nya hati menjadi tenang” ( Ar-Rad:28)
Jadi benarlah dengan Undang-undang Tuhan karena logikapun ikut mendukung. Bahkan dengan berdzikir manfaatnya yang lain mampu melunturkan otot-otot dinding pembuluh darah dalam otak. Baik yang berukuran besar ataupun yang berukuran super kecil.
Ingat! Itu baru sedikit manfaat dari seseorang yang hobinya marah. Belum yang penipu, penjudi, pemabuk, pengguna narkoba, koruptor? Jadi apa salahnya kita belajar sambil bersyukur dengan masih adanya peninggalan-peninggalan sifat-sifat tadi yang masih banyak berkeliaran dipermukaan bumi.
Segala sesuatu bisa menjadi guru bagi kita yang senang berfikir. Segala tempat juga bisa kita bangun menjadi sebuah sekolah yang selalu siap menjadi tempat kita bersinggah sekedar menjernihkan kembali hati yang terkontaminasi dengan polusi. Menjadi tempat berteduh kala fikiran-fikiran dirasuki skenario syetan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar