REPUBLIKA.CO.ID,BANJARMASIN--Wakil
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Pendidikan Musliar Kasim mengatakan
kurikulum pendidikan sekolah dasar akan segera diubah menjadi hanya enam mata
pelajaran sehingga tidak terlalu memberatkan pelajar.
Menurut Musliar usai acara nonton
film inspiratif bersama ratusan siswa dan guru di Banjarmasin, Rabu, saat ini
kurikulum pendidikan SD sangat luas dan cukup banyak, sehingga pendidikan
menjadi tidak fokus atau seakan kehilangan arah.
Selain itu, kata dia, siswa SD juga
menjadi sangat terbebani dengan
berbagai mata pelajaran yang cukup banyak,
sehingga banyak kehilangan kesempatan untuk mengenali nilai-nilai lingkungan
yang ada.
"Saya pernah mendapatkan
masukan dari salah seorang tokoh nasional bahwa cucunya yang masih SD setiap
berangkat sekolah harus membawa buku satu koper, karena banyaknya mata
pelajaran yang harus mereka terima," katanya.
Padahal, kata dia, mata pelajaran
tersebut belum tentu sesuai dengan kebutuhan pendidikan untuk siswa setingkat
sekolah dasar.
Dengan demikian, kata dia, saat ini
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang menyusun kurikulum baru dengan
menyederhanakan kurikulum yang ada menjadi hanya enam mata pelajaran, yaitu
Agama, Pendidikan Pancasila, Bahasa Indonesia, Matematika dan Seni Budaya serta
olahraga dan kesehatan.
Dengan dimasukkannya seni budaya
menjadi mata pelajaran di sekolah, diharapkan nilai-nilai budaya yang sempat
berkurang kembali bisa dimaknai oleh para pelajar sehingga mereka bisa
mendapatkan nilai budi pekerti yang lebih baik.
Selain itu, kata dia, kini juga
sedang disusun kurikulum yang lebih menyenangkan dan bersifat terapan, sehingga
anak-anak tidak lagi merasa bosan untuk belajar, karena cara menyampaikan mata
pelajaran yang tidak menyenangkan.
"Banyak anak-anak, ketika
gurunya tidak masuk sekolah justru senang, karena mereka terbebas dari tugas
belajar, maka ke depan sistem ini harus dibalik, anak-anak harus senang
belajar," katnaya.
Menurut dia, perubahan lainnya,
yaitu sistem pembelajaran juga akan dilaksanakan secara sistematis dan
terintegrasi, sehingga antara pelajaran satu dengan yang lainnya bisa saling mendukung
dan saling berkaitan.
Kalau saat ini, kata dia, setiap
mata pelajaran seakan berdiri sendiri dan tidak saling berkaitan, sehingga arah
pendidikan menjadi kurang jelas.
Pernyataan Wamen tersebut menjawab
pertanyaan tentang indikasi yang terjadi saat ini terhadap generasi muda,
dimana hampir setiap saat tawuran antar pelajar terjadi di beberapa daerah.
Salah satu penyebabnya yaitu, mulai
lunturnya nilai-nilai budaya bangsa, sehingga memasukkan mata pelajaran budaya
di sekolah bisa mengurangi degradasi karakter bangsa yang kini mulai tergerus.
Sumber. republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar