Jang Ja Yeon memutuskan untuk mengakhiri hidupnya dengan tragis. Artis cantik ini dikenal setelah kemunculannya sebagai bintang iklan televisi. Pada saat artis cantik itu meninggal dia sebenarnya sedang menunggu rilis dua filmnya. Hampir tujuh juta fans yang membuka websitenya setelah dua hari artis cantik itu meninggal pada 7 Maret 2009 lalu.
Padahal jika di teliti performance, popularitas, dan kekayaan tentunya berlimpah. Namun apa yang terjadi? Justru sebaliknya. Mereka memilih bunuh diri hanya karena masalah tak terselesaikan, depresi, kesepian dan alasan lainnya. Jika dikaitkan dengan definisi kebahagiaan yang dipakai sekarang ini tentunya ada masalah hingga menyebabkan kebahagiaan itu tak mencapai puncak.
Untuk memperoleh sebuah kebahagiaan tentunya sebagai seorang remaja menjadi suatu dambaan. Apalagi kebanyakan kita mengatakan kalau masa remaja adalah masa yang paling bahagia. Itu sebenarna benar. Maka dari itu buktikanlah!
Namun, perlu kita ketahui juga kalau yang namanya bahagia itu memiliki ukuran. Maka dari itu kebahagiaan setiap remaja itu relatif. Dan kerelatifan ini muncul berasal darri kebahagiaan itu sendiri. Dimanakah sumber kebahagiaan hakiki itu? Ternyata jawabanya semenjak dulu tak pernah berubah. Hanya kita sajalah yang terkadang merubah alur kebahagiaan itu sendiri.
“ Maka Allah ilhamkan kepada jiwa, keburukan dan kebaikannya. Sungguh berbahagialah orang yang mengembangkan kebaikannya” ( QS. Asy-Syams:8-9 )
Yah, kebaikan! Jika kita bertanya pada diri kita pasti kita tak ingin orang lain bersikap yang kurang baik. Begitu juga dengan orang lain. Sehingga dari persamaan perasaan ini sudah menjadi suatu yang bijak kalau kita banyak berbuat kebaikan kepada orang lain. Lingkungan selalu memberikan yang sama terhadap apa yang kita berikan.
Sebagaimana kita ingin bahagia. Sebenarnya keinginan kita itu telah ada dibalik kata BAHAGIA itu sendiri. Bisa dibilang setiap hurufnya menyuruh kita untuk bisa berbahagia.
B: Bantulah dengan niat!
Kenapa harus dibantu? Karena kita harus sadar bahwa kebahagiaan itu muncul bukan dari satu ruang saja tapi dari banyak ruang baik itu secara internal maupun eksternal. Kita ambil contoh, ketika kita memperoleh uang tambahan dari Paman, Tante pastinya kita merasakan sesuatu yang namanya bahagia.
Namun perlu diingat! Lingkungan tak selamanya memberikan kebahagiaan. Sama halnya ketika sedang kanker(kantong kering) nah itulah mengapa kita perlu membantu agar munculnya rasa bahagia itu. Apalagi kalau bukan niat untuk bahagia itu sendiri.
Meng-up date niat itu perlu! Karena letak niat itu begitu tersembunyi. Hanya diri kita dan Allah sajalah yang tahu niat itu. Terkadang niat kita berubah-ubah layaknya landak. Disaat bahagia mungkin niat kita begitu mulia. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan niat yang tadinya mulia bisa berubah menjadi niat merusak disaat iman kita sementara terjepit. Itulah sebabnya mengapa disetiap kali kita mempelajari fiqih. Niat selalu menduduki posisi awal dalam setiap ibadah. Karena begitu pentingnya niat. Begitupula dengan bahagia. Jika kita ingin berbahagia niatkan selalu dengan keyakinan yang kuat. “Saya ingin bahagia”.
Maka bisa ditarik kesimpulan bahwa niat adalah penyempurna setiap amal. Sebagaimana Rasulullah bersabda:
“ Sesungguhnya diterimanya amal perbuatan hanyalah tergantung pada niatnya dan setiap orang mendapatkan apa yang diniatkannya. Maka barang siapa yang berhijrah karena Allah dan Rasulnya maka hijrah itu(ikhlas) karena Allah dan Rasulnya. Dan barang siapa berhijrah karena faktor duniawi yang dikehendakinya atau untuk mendapatkan wanita yang hendak dinikahinya, maka hijrahnya itu sesuai dengan yang diniatkannya” (HR. Bukhori Muslim)
Niat selalu menempati posisi awal dalam setiap ibadah. Dan tak ada satupun yang menjadi pembicaraan awal kecuali yang memiliki peranan penting. Maka bantulah diri kita dengan niat yang tulus dalam memulai segala sesuatu. Berawal dari niat, niscaya kita akan selamat dalam menjalani bahagia itu sendiri.
A:Awas! Negatif thingking mengintai anda!
Itulah virus yang paling berbahaya yang akan menggerogoti kebahagiaan kita khusunya sebagai remaja. Bagaimana tidak? Karena sifat dendam, iri, dengki dan sifat yang menyebabkan hati berpolusi awalnya dari fikiran negatif. Begitupun dengan sikap pemalu yang tidak pada tempatnya. Virus ini yang jadi faktor penyebab terbanyak.
Kebiasaan ini menyebabkan jarang sekali kita memandang sisi positif setiap tindakan yang akan kita lakukan. Akibatnya terciptalah ketakutan pada diri kita. Pada saat itu, iblis menggoda dan menjerumuskan kehidupan kita(Rusdin S.Rauf. hal 152). Misalnya ketika kita sholat sunnah, fikiran-fikiran negatif kita datang menyelimuti batin. Takut dianggap sama teman sok alim, repot-repot kan masih umur panjang dan fikiran negatif lainnya.
Alhasil sholat sunnah tidak jadi ditunaikan karena terburu dimakan oleh fikiran negatif. Padahal kan justru yang sunnah itu bisa menyempurkan sholat wajib kita yang masih jauh dari kesempurnaan. Yang rugi siapa? Jelas kita. Dan dari situ juga kita mulai memupuk ketakutan dalam diri.
Ha: Hadapi setiap detik!
Terkadang kita takut menghadapi masalah. Kita memilih diam dengan berfikir masalah pastinya akan berakhir juga. Memang benar, tapi prosesnya akan semakin cepat menghasilkan solusi jika kita berani menghadapinya. Jangan takut! Karena kita tak pantas memiliki rasa takut. Ketakutan menghadapi sesuatu sesungguhnya hanya campuran virus dengan negatif thingking.
Kenapa takut? Kan belum terjadi. Jadi hadapilah setiap detik karena dibalik masalah ada solusi. Dan setiap solusi akan menciptakan sebuah bahagia tersendiri. Semakin cepat kita memilih sikap untuk berani menghadapi masalah, maka semakin cepat pula kita mendapatkan kata bahagia. Dibalik masalah tersimpan unsur bahagia. Sekalipun solusi itu menyakitkan, yang terpenting kita bisa bahagia karena mampu memecahkan masalah.
G: Gunakan waktu agar waktu tak menggunakan anda!
Setiap orang memiliki waktu yang sama dan yang membedakanya hanyalah dari proses pengolahannya saja. Dan ini termasuk unsur bahagia. Semakin baik kita gunakan waktu untuk mengejar suatu kesempatan, semakin dekat jarak kita dengan bahagia itu sendiri.
Cobalah mengatur waktu sebaik dan sebijak mungkin. Atur setiap detik, apa yang bisa membuat kita bahagia? Sedikit saja kita disibukkan dengan waktu kosong yang berpotensi menjadikan hati kita ikut kosong. Maka dengarlah keresahan yang mulai bersarang disana.
“ Tahun ibarat pohon, bulan-bulan laksana cabangnya, hari-hari sebagai rantingnya, jam-jam sebagai daunnya dan nafas kita sebagai buahnya. Barang siapa yang nafasnya selalu dalam ketaatan, maka orang itu telah menanam pohon yang baik.” (Ibnul Qayyim, Al Fawaid)
Maka dari itu gunakan waktu kita sekarang. Karena waktu sekarang tak akan sama dengan besok. Jangan berfikir masih ada hari besok. Karena besok adalah kata-kata kegagalan. Kita tak tahu apa yang akan terjadi besok setelah bangun dari tidur. Bisa saja kita sakit, tambahan tugas ataupun meninggal. Maka selagi ada waktu. Manfaatkanlah!
I: Ikhlas bagian dari unsur bahagia
Ketika yang kita harapkan berujung pada kekalahan, kecewa, maka kata ikhlas adalah obat penenangnya yang paling ampuh. Percuma bukan? jika kita memberikan respon marah, tidak rela ataupun sampai memaki dengan yang kita harapkan. Toh kenyataan yang terjadi setelah dengan mati-matian kita hadapi tetap hasilnya demikian. Nggak ada yang berubah!
Maka dari itu, belajarlah untuk ikhlas. Karena ikhlas adalah penenang bukan solusi. Karena solusinya adalah menghadapi kenyataan itu sendiri sesuai dengan alur yang kita inginkan. Memang sulit tapi apa salahnya kita mencoba ketimbang tidak sama sekali?
A: Aktifkan Iman Anda!
Iman menjadi tolak ukur utama seseorang di mata Allah. Dan sebagaimana yang kita yakini bahwa kehidupan tak sebatas dunia saja, namun di akherat itulah kehidupan sejati yang menjadi sumber kebahagian hakiki. Maka sudah pasti iman adalah bekal sebaik-baikmya.
“ Hai sekalian manusia, sungguh janji Allah itu benar. Maka janganlah engkau terperdaya oleh kehidupan dunia ini. Dan janganlah engkau tertipu oleh suatu penipuan, sehingga terlupa pada Allah.” (QS. Luqman:33)
Dikatakan Bahwa orang yang beriman akan dianugerhakan Allah ketabahan dan kekuatan hati dalam menghadapi setiap kemungkinan-kemungkinan yang bakal terjadi dalam setiap sisi hidupnya, segala hal yang menimpanya baik itu berupa kerugian atau keuntungan tidak akan pernah menggoyahkan keteguhan. Maka dari itu aktifkan iman anda! Jangan sampai lowbeth.
Dengan iman seseorang yang biasa saja akan menjadi sosok yang luar biasa. Karena iman selalu menjadi petunjuknya dalam menjalani kehidupan. Bayangkan saja jika handphone kita lowbeth sementara itu kita memang begitu butuh untuk menghubungi seseorang, sudah pasti kita akan kepayahan. Begitu juga dengan iman jika telah lowbeth otomatis kita berjalan dengan hati yang gersang atau bahkan kosong. Dan kekosongan hati itu sumber kegelisahan. Maka berusahalah dengan tenang diawali dengan geliat iman. Karena ketenangan bagian dari sumber ketenangan.
Mari mencoba dari kata bahagia itu sendiri agar terlahir bahagia dalam hati....
Semangat, harta yang paling berharga ketika malas merayu dan menggoda. Namun, Sadar!jauh lebih berharga dari segalanya karena detik itu sangat berharga!
Laman
Selasa, 04 Oktober 2011
Melewati Lintasan Ketakutan
Sebagaimana sifat seorang manusia terutama sebagai remaja bahwa ketakutan itu pasti ada. Takut bicara di depan orang banyak, takut berbuat salah, takut gagal, takut mencoba dan ketakutan-ketakutan lainnnya. Namun apakah kita harus hidup terus-menerus dalam bayang –bayang ketakutan itu? Keluar donk dari dunia yang menghimpit biar bebas!
Berbicara didepan publik kebanyakan kita tentunya takut kalau nantinya salah kata, salah ucap, namun bagaimana jadinya jika seseorang itu berbicara agak pelo atau bindeng terus berbicara didepan publik? Pasti sebagian kecil dari kita juga akan semakin takut dengan segala kekurangan itu apalagi disampaikan pada publik.
Namun berbeda dengan sosok yang ketika beliau kecil adalah seorang pemuda yang tidak bisa mengucapkan huruf S. Tapi pada kenyataanya dia mampu menghilangkan beragam ketakutan dibalik kekurangaanya itu. Bahkan berawal dari menghilangkan ketakutannya beliaupun menjadi perdana mentri Inggris, siapa lagi kalo bukan Sir Winston Churchil.
Ketakutan hanya akan berdampak negatif saja. Karena setelah datang ketakutan maka akan menyusul beragam keraguan sehingga aktivitas yang tadinya sebenarnya bermanfaat tidak jadi dilakukan. Mengapa perlu takut? Kan belum terjadi?!
Coba kita jabarkan kembali beragam ketakutan yang sering menjebak, sehingga bertindak terlambat menjadi anding dari ketakutan yang kita tularkan dalam tubuh. Ketakutan yang saya maksudkan disini adalah ketakutan yang tidak berlandaskan sesuatu yang nyata, hanya berupa kemungkinan-kemungkinan yang belum terjadi.
Orang lain juga punya urusan
Mungkin sebagian kita takut ketika berbicara di depan orang banyak. Karena telah diawali oleh sifat takut yang tidak pada tempatnya itu. Kita harus yakin bahwa setiap orang sudah cukup sibuk dengan urusannya masing-masing. Orang yang biasanya malu berbicara, biasanya fikirannya telah diserang oleh virus PD( percaya dikit). Meskipun tak terlalu lancar dalam berucap, yang terpenting kita berani mencoba! Sepatah kata lama kelamaan akan menjadi sebait paragraf jika kita menanamkan keyakinan bahwa kita pasti bisa! InsyaAllah!
Begitu besar makna keyakinan bahwa kita pasti bisa! Untuk melawan sebuah ketakutan. Hindari untuk tidak percaya, bahwa kita juga bisa seperti orang lain yang tampil di depan karena sesungguhnya mereka berawal dari tidak yakin dan setelah mengalami perjalanan panjang barulah mereka bisa. Kita dan mereka yang percaya diri sebenarnya sama, yang membedakan hanya kata “ memulai”. Semakin cepat kita memulai untuk yakin bahwa kitapun juga bisa maka, virus takut pun akan cepat sirna. Coba deh! Dijamin!
Ambil kekuatan baru!
Ketika kita kalah dalam kompetisi yang diadakan sekolah ataupun nilai semester kita jatuh ke kolong langit maka sebenarnya itu bukan suatu kegagalan. Sekalipun kita sering memvonisnya sebagai kekalahan. Menang, kalah itu sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia perlombaan, yang terpenting kita mampu memaknai kemenangan dan kekalahan itu sendiri. Itulah arti kemenangan sejati. Bukan sebatas menang dan kalah doang!
Ketika kita kalah anggaplah itu hanya jarak yang akan semakin mendekatkan kita dengan kemenangan ataupun suatu kesuksesan. Percuma kita menang, jika kita tak mampu menularkannya di lingkungan sekitar dan percuma juga jika kita kalah kemudian sampai naik darah. Semua akan menjadi suatu hal yang indah jika kita bisa mengambil pelajaran dari kemenangan dan kekalahan itu sendiri. Sebagaimana Allah menegaskan:
“Barang siapa mendapatkan hikmah, maka sungguh dia akan peroleh kebaikan yang banyak.” (Al-Baqarah:269)
Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, general Electric ini menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.
Jadi, jika kita mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri kita. Pengen jadi jenius kan? Buktikanlah! Hadapi setiap kegagalan dengan senyuman dan yakin bahwa kita akan semakin jenius dalam mencoba dan terus mencoba.
Hanya disudut primitif otak
Persepsi sangat berpengaruh terhadap rasa takut kita. Ketika suatu kejadian yang menyeramkan, menyakitkan atau apalah yang kita lihat dan efek samping yang muncul dari diri kita adalah persepsi akan rasa takut. Yang pada kesimpulannya kita tak akan mengulangi untuk kedua kali baik itu untuk melakukannnya kembali atau tidak.
Yah, begitulah kuatnya persepsi dalam hidup kita. Nah, bagaimana jadinya jika persepsi yang ada dalam diri dipenuhi dengan rasa takut untuk mencoba, takut salah, takut tampil dan ketakutan-ketakutan lainnya? Pastinya virus yang memakan percaya diri itu akan semakin merajalela dalam tubuh sehingga mengakibatkan kita sakit untuk mencoba.
Padahal mencoba adalah langkah awal dari segalanya. Seseorang tak akan mungkin jadi presiden jika sebelumnya dia tak pernah bicara di depan banyak orang. Seseorang tak mungkin menjadi artis jika untuk casting saja dia takut? Nah, jadi ketakutan-ketakutan yang ada dalam diri itu hanya akan mengerogoti kebahagian kita.
Coba kita belajar berfikir analitis? Tinggalkan beragam ketakutan yang ada disudut primitf otak! Kita beralih ke berfikir analitis. Setelah kita beralih ke berfikir analitis, kita melepaskan diri dari itu dan melemahkan cengkeraman kita. Ketakutan semakin berkurang saat kita mempelajari pilihan kita, membuat rencana, dan mengambil tindakan.
Lihat satu arah
Coba kita perhatikan orang yang melepaskan anak panah? Awalnya mereka fokus pada sasaran dan setelahnya barulah busur diangkat dan dilepaskanlah anak panah sampai menuju tujuan. Awalnya apa coba? Kalau bukan diawali dengan fokus!
Begitupun dengan rasa takut yang sering mengerogoti tujuan kita. Kalau begitu sekarang secepatnya ubah fokus Anda dari takut menjadi cinta, dari khawatir menjadi optimis. Sadari bahwa takut tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Cintai apa saja yang Anda lakukan sepenuh hati. Abaikan kekhawatiran dan hilangkan standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena hanya diri Andalah yang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda.
Nyelam yuk?
Semakin dalam kita menyelam di bawah laut maka akan semakin tampaklah beragam keindahan ditaman bawah laut, apalagi ditaman laut bunaken? Intinya dari sana kita akan meamandang beragam plankton, bunga karang, serta beragam variaetas ikan-ikan.
Nah, begitu juga dengan yang ada dalam diri kita. Sesekali perlu donk untuk menyelam semakin dalam, dalam muhasabah panjang untuk menemukan siapa diri kita? Untuk apa kita berdiri, apalagi hidup?
Seseorang yang tidak menyadari kesalahannya jelas akan enggan untuk sadar. Sebaliknya, jika seorang menyadari kesalahannya, pintu hatinya akan lebih mudah terbuka untuk bertaubat. Hasan Al-Basri berkata: “Seorang hamba akan tetap berada dalam kebaikan selama dia masih bisa menasehati dirinya sendiri dan selalu memelihara untuk menghitung-hitung dirinya sendiri”
Takut yang tidak pada tempatnya sudah pasti merupakan sebuah kesalahan yang kita buat untuk diri kita sendiri. Gimana nggak? Hanya karena takut diri kita terhambat untuk berkembang tampil didepan, mencoba sebagai langkah awal menggapai harapan dan lainnya.
Cobalah kita muhasabahkan diri. Kenapa perlu takut? Bukankah ketakutan itu hanya untuk Allah dan setiap lembaran larangannya? Kenapa hanya untuk berani mengembangkan diri kita harus menghambatnya dengan rasa takut yang tidak memiliki landasan yang jelas? Bukankah nantinya kita juga yang bakalan menyesal hanya karena kata takut?
Sealanjutnya kita putar kembali memory ketakutan-ketakutan dalam episode dimana kita merasa takut dan mengalami beberapa macam penyesalan hanya karena kita menggadainya dengan rasa takut. Nah belajarlah dari pengalaman itu.
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Jaatsiyah:15)
Sudah siapkah untuk star dari awal melawan beragam lintasan ketakutan yang menghadang?! Mulailah berlari melewati lintasan-lintasan ketakutan. Gapailah finish dengan menginjak-injakan kaki pada lintasan ketakutan anda. Niscaya anda akan temukan bahwa lintasan ketakutan yang panjang akan tertinggal jika anda berani memulai dari awal dengan berdiri menatap kedepan secara analitis. Berapa lama lintasan ini akan aku capai menuju finish? Jawabanya mulailah dari sekarang!
Sebagaimana sifat seorang manusia terutama sebagai remaja bahwa ketakutan itu pasti ada. Takut bicara di depan orang banyak, takut berbuat salah, takut gagal, takut mencoba dan ketakutan-ketakutan lainnnya. Namun apakah kita harus hidup terus-menerus dalam bayang –bayang ketakutan itu? Keluar donk dari dunia yang menghimpit biar bebas!
Berbicara didepan publik kebanyakan kita tentunya takut kalau nantinya salah kata, salah ucap, namun bagaimana jadinya jika seseorang itu berbicara agak pelo atau bindeng terus berbicara didepan publik? Pasti sebagian kecil dari kita juga akan semakin takut dengan segala kekurangan itu apalagi disampaikan pada publik.
Namun berbeda dengan sosok yang ketika beliau kecil adalah seorang pemuda yang tidak bisa mengucapkan huruf S. Tapi pada kenyataanya dia mampu menghilangkan beragam ketakutan dibalik kekurangaanya itu. Bahkan berawal dari menghilangkan ketakutannya beliaupun menjadi perdana mentri Inggris, siapa lagi kalo bukan Sir Winston Churchil.
Ketakutan hanya akan berdampak negatif saja. Karena setelah datang ketakutan maka akan menyusul beragam keraguan sehingga aktivitas yang tadinya sebenarnya bermanfaat tidak jadi dilakukan. Mengapa perlu takut? Kan belum terjadi?!
Coba kita jabarkan kembali beragam ketakutan yang sering menjebak, sehingga bertindak terlambat menjadi anding dari ketakutan yang kita tularkan dalam tubuh. Ketakutan yang saya maksudkan disini adalah ketakutan yang tidak berlandaskan sesuatu yang nyata, hanya berupa kemungkinan-kemungkinan yang belum terjadi.
Orang lain juga punya urusan
Mungkin sebagian kita takut ketika berbicara di depan orang banyak. Karena telah diawali oleh sifat takut yang tidak pada tempatnya itu. Kita harus yakin bahwa setiap orang sudah cukup sibuk dengan urusannya masing-masing. Orang yang biasanya malu berbicara, biasanya fikirannya telah diserang oleh virus PD( percaya dikit). Meskipun tak terlalu lancar dalam berucap, yang terpenting kita berani mencoba! Sepatah kata lama kelamaan akan menjadi sebait paragraf jika kita menanamkan keyakinan bahwa kita pasti bisa! InsyaAllah!
Begitu besar makna keyakinan bahwa kita pasti bisa! Untuk melawan sebuah ketakutan. Hindari untuk tidak percaya, bahwa kita juga bisa seperti orang lain yang tampil di depan karena sesungguhnya mereka berawal dari tidak yakin dan setelah mengalami perjalanan panjang barulah mereka bisa. Kita dan mereka yang percaya diri sebenarnya sama, yang membedakan hanya kata “ memulai”. Semakin cepat kita memulai untuk yakin bahwa kitapun juga bisa maka, virus takut pun akan cepat sirna. Coba deh! Dijamin!
Ambil kekuatan baru!
Ketika kita kalah dalam kompetisi yang diadakan sekolah ataupun nilai semester kita jatuh ke kolong langit maka sebenarnya itu bukan suatu kegagalan. Sekalipun kita sering memvonisnya sebagai kekalahan. Menang, kalah itu sudah menjadi hal yang biasa dalam dunia perlombaan, yang terpenting kita mampu memaknai kemenangan dan kekalahan itu sendiri. Itulah arti kemenangan sejati. Bukan sebatas menang dan kalah doang!
Ketika kita kalah anggaplah itu hanya jarak yang akan semakin mendekatkan kita dengan kemenangan ataupun suatu kesuksesan. Percuma kita menang, jika kita tak mampu menularkannya di lingkungan sekitar dan percuma juga jika kita kalah kemudian sampai naik darah. Semua akan menjadi suatu hal yang indah jika kita bisa mengambil pelajaran dari kemenangan dan kekalahan itu sendiri. Sebagaimana Allah menegaskan:
“Barang siapa mendapatkan hikmah, maka sungguh dia akan peroleh kebaikan yang banyak.” (Al-Baqarah:269)
Seperti Thomas Alfa Edison, saat ditanya bagaimana ia bisa bertahan setelah ribuan kali gagal? Penemu bola lampu dan pendiri perusahaan kelas dunia, general Electric ini menjawab, “Saya tidak gagal, tetapi menemukan 9994 cara yang salah dan hanya satu cara yang berhasil. Saya pasti akan sukses karena telah kehabisan percobaan yang gagal.
Jadi, jika kita mencoba setelah mengalami belasan kegagalan, ini berarti benih kejeniusan sedang tumbuh dalam diri kita. Pengen jadi jenius kan? Buktikanlah! Hadapi setiap kegagalan dengan senyuman dan yakin bahwa kita akan semakin jenius dalam mencoba dan terus mencoba.
Hanya disudut primitif otak
Persepsi sangat berpengaruh terhadap rasa takut kita. Ketika suatu kejadian yang menyeramkan, menyakitkan atau apalah yang kita lihat dan efek samping yang muncul dari diri kita adalah persepsi akan rasa takut. Yang pada kesimpulannya kita tak akan mengulangi untuk kedua kali baik itu untuk melakukannnya kembali atau tidak.
Yah, begitulah kuatnya persepsi dalam hidup kita. Nah, bagaimana jadinya jika persepsi yang ada dalam diri dipenuhi dengan rasa takut untuk mencoba, takut salah, takut tampil dan ketakutan-ketakutan lainnya? Pastinya virus yang memakan percaya diri itu akan semakin merajalela dalam tubuh sehingga mengakibatkan kita sakit untuk mencoba.
Padahal mencoba adalah langkah awal dari segalanya. Seseorang tak akan mungkin jadi presiden jika sebelumnya dia tak pernah bicara di depan banyak orang. Seseorang tak mungkin menjadi artis jika untuk casting saja dia takut? Nah, jadi ketakutan-ketakutan yang ada dalam diri itu hanya akan mengerogoti kebahagian kita.
Coba kita belajar berfikir analitis? Tinggalkan beragam ketakutan yang ada disudut primitf otak! Kita beralih ke berfikir analitis. Setelah kita beralih ke berfikir analitis, kita melepaskan diri dari itu dan melemahkan cengkeraman kita. Ketakutan semakin berkurang saat kita mempelajari pilihan kita, membuat rencana, dan mengambil tindakan.
Lihat satu arah
Coba kita perhatikan orang yang melepaskan anak panah? Awalnya mereka fokus pada sasaran dan setelahnya barulah busur diangkat dan dilepaskanlah anak panah sampai menuju tujuan. Awalnya apa coba? Kalau bukan diawali dengan fokus!
Begitupun dengan rasa takut yang sering mengerogoti tujuan kita. Kalau begitu sekarang secepatnya ubah fokus Anda dari takut menjadi cinta, dari khawatir menjadi optimis. Sadari bahwa takut tidak lebih dari sekedar ilusi yang belum tentu terjadi. Cintai apa saja yang Anda lakukan sepenuh hati. Abaikan kekhawatiran dan hilangkan standar, aturan, atau keyakinan yang dibuat oleh orang lain karena hanya diri Andalah yang mengetahui apa yang terbaik bagi Anda.
Nyelam yuk?
Semakin dalam kita menyelam di bawah laut maka akan semakin tampaklah beragam keindahan ditaman bawah laut, apalagi ditaman laut bunaken? Intinya dari sana kita akan meamandang beragam plankton, bunga karang, serta beragam variaetas ikan-ikan.
Nah, begitu juga dengan yang ada dalam diri kita. Sesekali perlu donk untuk menyelam semakin dalam, dalam muhasabah panjang untuk menemukan siapa diri kita? Untuk apa kita berdiri, apalagi hidup?
Seseorang yang tidak menyadari kesalahannya jelas akan enggan untuk sadar. Sebaliknya, jika seorang menyadari kesalahannya, pintu hatinya akan lebih mudah terbuka untuk bertaubat. Hasan Al-Basri berkata: “Seorang hamba akan tetap berada dalam kebaikan selama dia masih bisa menasehati dirinya sendiri dan selalu memelihara untuk menghitung-hitung dirinya sendiri”
Takut yang tidak pada tempatnya sudah pasti merupakan sebuah kesalahan yang kita buat untuk diri kita sendiri. Gimana nggak? Hanya karena takut diri kita terhambat untuk berkembang tampil didepan, mencoba sebagai langkah awal menggapai harapan dan lainnya.
Cobalah kita muhasabahkan diri. Kenapa perlu takut? Bukankah ketakutan itu hanya untuk Allah dan setiap lembaran larangannya? Kenapa hanya untuk berani mengembangkan diri kita harus menghambatnya dengan rasa takut yang tidak memiliki landasan yang jelas? Bukankah nantinya kita juga yang bakalan menyesal hanya karena kata takut?
Sealanjutnya kita putar kembali memory ketakutan-ketakutan dalam episode dimana kita merasa takut dan mengalami beberapa macam penyesalan hanya karena kita menggadainya dengan rasa takut. Nah belajarlah dari pengalaman itu.
“Barang siapa yang mengerjakan amal shaleh maka itu adalah untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka itu akan menimpa dirinya sendiri, kemudian kepada Tuhanmulah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Jaatsiyah:15)
Sudah siapkah untuk star dari awal melawan beragam lintasan ketakutan yang menghadang?! Mulailah berlari melewati lintasan-lintasan ketakutan. Gapailah finish dengan menginjak-injakan kaki pada lintasan ketakutan anda. Niscaya anda akan temukan bahwa lintasan ketakutan yang panjang akan tertinggal jika anda berani memulai dari awal dengan berdiri menatap kedepan secara analitis. Berapa lama lintasan ini akan aku capai menuju finish? Jawabanya mulailah dari sekarang!
Bebas Tanpa Melampaui Batas
Seberapa banyak paham liberal menyebar di dunia kita sebagai kaum remaja? Coba ingat dan lihat kembali disekeliling kita. Yang sekarang ini paham liberalisme sementara marak-maraknya di gencar dengan alasan mode, trend dan ajang kreatifitas.
Sebagaimana kreativitas Madonna yang mempertontonkan ciuman lesbi dengan Bitney Spears dan Christina Aguilera dalam acara penganugerahan MTV Video Music Awards di radio City Music Hall New York(28 Agustus 2003), dalam pandangan islam jelas sangat tidak baik. Sangat tidak beradab alias biadab. Tetapi para penonton-termasuk Guy Ritchie, suami Madonna-malah melakukan standing Applause menyambut adegan jorok itu. Ritchie sama sekali tidak keberatan dengan tingkah pola istrinya,
Apakah ini yang namanya kebebasan? Yang bahasa kerennya lagi sebagai ajang unjuk kreatifivitas?
Cek Jalurnya? baru gabung!
Kreatifitas itu baik tapi harus di saring dulu apakah itu masih dibawah jalur islam ataukah sudah menyimpang? Kreatifitas pastinya berawal dari sebuah kebebasan. Namun jika kreatifitas itu sendiri telah menyimpang, berarti nggak sesuai lagi dengan akar kata kemunculannya yaitu kebebasan.
Contoh kecil yang sering kita lihat sekarang ini yaitu pakaian cewek trend masa kini yang makin hari bahannya makin habis, tipis dan makin mengikis sekujur tubuh. Dari yang sebatas lutut tapi sekarang makin keatas lagi diatas paha. Dan kita bandingkan dengan kasus-kasus perkosaan yang makin hari makin marak terjadi. Malahan kasus makin heboh karena yang melakukan masih memiliki hubungan keluarga.
Siapa yang pantas disalahkan? Bukankah faktor yang menyebabkan terjadinya perkosaan itu dari dalam dan luar itu sendiri? Dari pelaku yang tak mampu mengendalikan hasrat seksualnya, sementara dari korban sendiri karena menggunakan pakaian yang minimalis. Kenapa juga dia perkosa? yang pemakainya mencoba mengamankan diri karena berprinsip “bebas”, terserah gue donk pake begini! Tapi coba perhatikan dulu, kenapa timbul niat jahat? Yah karena pengaruh pakaiannya yang minimalis itu sendiri yang memancing. Ikan tentunya tak akan keluar dari air kalau tidak dipancing.
Maka dari itu sebuah kebebasan harus digandeng dengan tanggung jawab yaitu kebebasan seseorang maupun suatu kelompok yang tidak menimbulkan benturan dengan kebebasan orang lain maupun kelompok lain. Jadi tak ada lagi istilah karena dia yang salah? Karena kebebasan yang dilakukan seharusnya tidak terbentur dengan kebebasan orang lain. So, jika kebebsan kita di respon orang lain negatif berarti kebebasannya perlu di cek lagi.
Kebebasan berkibar di dunia islam
Dalam sebuah buku berjudul “Crime in U.S.A” tebitan pemerintah federal di Amerika-di halaman 6 dari buku ini ditulis: “ Setiap kasus perkosaan yang ada selalu dilakukan dengan cara kekerasan dan itu terjadi di Amerika setiap enam menit sekali.” Data ini adalah yang terjadi pada tahun 1988. Bagaimana dengan sekarang yang makin menggila? Sebagaimana yang kita kenal bahwa Amerika sendiri adalah negara liberal. Dan lihat saja bagaimana pahamnya sendiri yang merusak warga yang seharusnya dilindungi.
Apakah kita ingin bernasib sama dengan negara yang kebanyakan mengagung-agungkan paham liberalismenya? Bukankah remaja yang cerdas adalah remaja yang mampu belajar dari sejarah dan tidak jatuh dilubang yang sama?
Padahal islam sendiri adalah agama yang menjunjung kebebasan itu sendiri, melebihi kebebasan orang Barat. Yaitu kebebasan yang disertai dengan syariat yang akan mengarahkan kebebasan tetap bertanggung jawab. Allah pun nggak memaksa untuk menerima atau nggak dan juga memberikan penjabaran antara pahala dan dosa. Jika dilakukan mendapat pahaladan jika tidak ya sebaliknya. Sebagaimana dalam Al-Quran:
"Katakanlah kebenaran datang dari Rabb-mu. Siapa yang mau percayalah ia, siapa yang mau janganlah percaya" (Q.S Al-Kahfi 18;29)
"Buatlah apa yang kamu hendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat" (Q.S Fushilat 41:40)
Dari kasus yang dialami oleh negara yang menjunjung kebebasan dan pada akhirnya menjadikan pengikutnya kebablasan. Solusi yang ditawarkan justru menambah kasus berikutnya. Padahal semenjak dulu islam memberikan jawaban yang bijak untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
“ Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak- anak perempuanm dan isteri-iseri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbanbya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganngu” (Q.S Al-Ahzab: 59)
Masih Ada yang lebih penting!
Jika menurut sebagain remaja memakai pakaian yang sesuai mode itu adalah sebuah trend agar tidak dibilang ketinggalan zaman dan bukti dari sebuah kreatifitas. Serba tipis, transparan, ketat. Maka perlu di ingat kembali bahwa kreatifitas itu penting, tapi kebenaran nilai-nilai islam itu jauh lebih penting lagi.
Padahal jika dikaji secara ilmiah Model baju atau busana muslim yang cenderung tertutup rapat seluruh bagian tubuh, kecuali tangan dan muka, ternyata merupakan perlindungan yang alami dan efektif terhadap pengaruh buruk lingkungan. Contohnya terpaan sinar ultraviolet dari cahaya matahari, suhu lingkungan yang terlalu ekstrem, debu dan berbagai bentuk polusi yang dapat menyebarkan radikal bebas.
Selain itu baju atau busana yang sehat tentunya bukan yang terlalu ketat yang justru dapat mengganggu kelancaran peredaran darah. Busana yang sehat juga tidak transparan yang justru mengundang nafsu orang lain sehingga mendorong terjadinya tindak kriminalitas.
Dengan kata lain, busana atau pakaian yang menyehatkan tentunya haruslah longgar, menutup seluruh bagian tubuh, dan terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat. Berbagai ciri ini ternyata bisa ditemukan pada model busana muslim seperti diperintahkan dalam ajaran agama Islam.
So, selain menjalankan syariat manfaat untuk kesehatan jugapun dapat. Jadi mau apa lagi yang perlu di pentingkan? Syariat yang sudah terkuak manfaatnya lewat kajian ilmiah, itulah yang lebih penting!
Tunjukin Kalo Memang Merdeka
Belum lagi dalam persoalan pergaulan remaja sekarang yang makin bebas tanpa batas. Mirip simpati saja. Ini bisa ditunjukan melalui terjadinya banyak kasus kehamilan diluar nikah. Sebagaimana Menurut data hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 51 persen remaja di Jabotabek sudah pernah melakukan hubungan seks pra nikah, sedangkan Bandung 47 persen, Surabaya 54 persen, dan Medan 52 persen.
Awalnya berprinsip bebas berteman sana-sini tetapi nyatanya tetap kebablasan. Maka dari itu akhlak yang senantiasa di ajarkan islam harus bisa mendampingi psikologi kita sebagai remaja yang lagi menuntut sebuah era kebebasan.
Kebanyakan kita tak ingin dianggap anak kecil lagi karena telah beranggapan dewasa, tak ingin ditemani orang tua kesana kemari katanya ingin mandiri. Dan semua itu tentunya harus berlaku juga dalam contoh yang seringkali kita lakukan yaitu internetan, facebookan, twiteran dan chating. Disamping itu merupakan kemajuan teknologi tapi disisi lain kita sebagai pengguna pun harus bisa menggunakannya sebaik mungkin.
Jika kita ingin dianggap dewasa karena tuntutan kita ingin bebas maka bukti itupun perlu kita tampakan secara jelas. Jika tidak maka nggak akan terjadi yang namanya sebuah kedewasaan contoh spam, hackers, piracy, termasuk memberikan pendapat pemikiran tanpa memakai etika yang layak pada situs/ blog. Apakah itu kebebasan? Belum. Itu belum merdeka. Kenapa? Karena hak dan kewajibannya belum seimbang.
Hak telah kita dapat untuk menikmati kemajuan teknologi tapi kewajiban kita untuk menjadi pengguna yang mampu membedakan mana sebaiknya dibuka dan tidak, itu yang tidak kita laksanakan.
Sebagaimana kreativitas Madonna yang mempertontonkan ciuman lesbi dengan Bitney Spears dan Christina Aguilera dalam acara penganugerahan MTV Video Music Awards di radio City Music Hall New York(28 Agustus 2003), dalam pandangan islam jelas sangat tidak baik. Sangat tidak beradab alias biadab. Tetapi para penonton-termasuk Guy Ritchie, suami Madonna-malah melakukan standing Applause menyambut adegan jorok itu. Ritchie sama sekali tidak keberatan dengan tingkah pola istrinya,
Apakah ini yang namanya kebebasan? Yang bahasa kerennya lagi sebagai ajang unjuk kreatifivitas?
Cek Jalurnya? baru gabung!
Kreatifitas itu baik tapi harus di saring dulu apakah itu masih dibawah jalur islam ataukah sudah menyimpang? Kreatifitas pastinya berawal dari sebuah kebebasan. Namun jika kreatifitas itu sendiri telah menyimpang, berarti nggak sesuai lagi dengan akar kata kemunculannya yaitu kebebasan.
Contoh kecil yang sering kita lihat sekarang ini yaitu pakaian cewek trend masa kini yang makin hari bahannya makin habis, tipis dan makin mengikis sekujur tubuh. Dari yang sebatas lutut tapi sekarang makin keatas lagi diatas paha. Dan kita bandingkan dengan kasus-kasus perkosaan yang makin hari makin marak terjadi. Malahan kasus makin heboh karena yang melakukan masih memiliki hubungan keluarga.
Siapa yang pantas disalahkan? Bukankah faktor yang menyebabkan terjadinya perkosaan itu dari dalam dan luar itu sendiri? Dari pelaku yang tak mampu mengendalikan hasrat seksualnya, sementara dari korban sendiri karena menggunakan pakaian yang minimalis. Kenapa juga dia perkosa? yang pemakainya mencoba mengamankan diri karena berprinsip “bebas”, terserah gue donk pake begini! Tapi coba perhatikan dulu, kenapa timbul niat jahat? Yah karena pengaruh pakaiannya yang minimalis itu sendiri yang memancing. Ikan tentunya tak akan keluar dari air kalau tidak dipancing.
Maka dari itu sebuah kebebasan harus digandeng dengan tanggung jawab yaitu kebebasan seseorang maupun suatu kelompok yang tidak menimbulkan benturan dengan kebebasan orang lain maupun kelompok lain. Jadi tak ada lagi istilah karena dia yang salah? Karena kebebasan yang dilakukan seharusnya tidak terbentur dengan kebebasan orang lain. So, jika kebebsan kita di respon orang lain negatif berarti kebebasannya perlu di cek lagi.
Kebebasan berkibar di dunia islam
Dalam sebuah buku berjudul “Crime in U.S.A” tebitan pemerintah federal di Amerika-di halaman 6 dari buku ini ditulis: “ Setiap kasus perkosaan yang ada selalu dilakukan dengan cara kekerasan dan itu terjadi di Amerika setiap enam menit sekali.” Data ini adalah yang terjadi pada tahun 1988. Bagaimana dengan sekarang yang makin menggila? Sebagaimana yang kita kenal bahwa Amerika sendiri adalah negara liberal. Dan lihat saja bagaimana pahamnya sendiri yang merusak warga yang seharusnya dilindungi.
Apakah kita ingin bernasib sama dengan negara yang kebanyakan mengagung-agungkan paham liberalismenya? Bukankah remaja yang cerdas adalah remaja yang mampu belajar dari sejarah dan tidak jatuh dilubang yang sama?
Padahal islam sendiri adalah agama yang menjunjung kebebasan itu sendiri, melebihi kebebasan orang Barat. Yaitu kebebasan yang disertai dengan syariat yang akan mengarahkan kebebasan tetap bertanggung jawab. Allah pun nggak memaksa untuk menerima atau nggak dan juga memberikan penjabaran antara pahala dan dosa. Jika dilakukan mendapat pahaladan jika tidak ya sebaliknya. Sebagaimana dalam Al-Quran:
"Katakanlah kebenaran datang dari Rabb-mu. Siapa yang mau percayalah ia, siapa yang mau janganlah percaya" (Q.S Al-Kahfi 18;29)
"Buatlah apa yang kamu hendaki, sesungguhnya Ia melihat apa yang kamu perbuat" (Q.S Fushilat 41:40)
Dari kasus yang dialami oleh negara yang menjunjung kebebasan dan pada akhirnya menjadikan pengikutnya kebablasan. Solusi yang ditawarkan justru menambah kasus berikutnya. Padahal semenjak dulu islam memberikan jawaban yang bijak untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
“ Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak- anak perempuanm dan isteri-iseri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbanbya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk di kenal, karena itu mereka tidak diganngu” (Q.S Al-Ahzab: 59)
Masih Ada yang lebih penting!
Jika menurut sebagain remaja memakai pakaian yang sesuai mode itu adalah sebuah trend agar tidak dibilang ketinggalan zaman dan bukti dari sebuah kreatifitas. Serba tipis, transparan, ketat. Maka perlu di ingat kembali bahwa kreatifitas itu penting, tapi kebenaran nilai-nilai islam itu jauh lebih penting lagi.
Padahal jika dikaji secara ilmiah Model baju atau busana muslim yang cenderung tertutup rapat seluruh bagian tubuh, kecuali tangan dan muka, ternyata merupakan perlindungan yang alami dan efektif terhadap pengaruh buruk lingkungan. Contohnya terpaan sinar ultraviolet dari cahaya matahari, suhu lingkungan yang terlalu ekstrem, debu dan berbagai bentuk polusi yang dapat menyebarkan radikal bebas.
Selain itu baju atau busana yang sehat tentunya bukan yang terlalu ketat yang justru dapat mengganggu kelancaran peredaran darah. Busana yang sehat juga tidak transparan yang justru mengundang nafsu orang lain sehingga mendorong terjadinya tindak kriminalitas.
Dengan kata lain, busana atau pakaian yang menyehatkan tentunya haruslah longgar, menutup seluruh bagian tubuh, dan terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat. Berbagai ciri ini ternyata bisa ditemukan pada model busana muslim seperti diperintahkan dalam ajaran agama Islam.
So, selain menjalankan syariat manfaat untuk kesehatan jugapun dapat. Jadi mau apa lagi yang perlu di pentingkan? Syariat yang sudah terkuak manfaatnya lewat kajian ilmiah, itulah yang lebih penting!
Tunjukin Kalo Memang Merdeka
Belum lagi dalam persoalan pergaulan remaja sekarang yang makin bebas tanpa batas. Mirip simpati saja. Ini bisa ditunjukan melalui terjadinya banyak kasus kehamilan diluar nikah. Sebagaimana Menurut data hasil survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), sebanyak 51 persen remaja di Jabotabek sudah pernah melakukan hubungan seks pra nikah, sedangkan Bandung 47 persen, Surabaya 54 persen, dan Medan 52 persen.
Awalnya berprinsip bebas berteman sana-sini tetapi nyatanya tetap kebablasan. Maka dari itu akhlak yang senantiasa di ajarkan islam harus bisa mendampingi psikologi kita sebagai remaja yang lagi menuntut sebuah era kebebasan.
Kebanyakan kita tak ingin dianggap anak kecil lagi karena telah beranggapan dewasa, tak ingin ditemani orang tua kesana kemari katanya ingin mandiri. Dan semua itu tentunya harus berlaku juga dalam contoh yang seringkali kita lakukan yaitu internetan, facebookan, twiteran dan chating. Disamping itu merupakan kemajuan teknologi tapi disisi lain kita sebagai pengguna pun harus bisa menggunakannya sebaik mungkin.
Jika kita ingin dianggap dewasa karena tuntutan kita ingin bebas maka bukti itupun perlu kita tampakan secara jelas. Jika tidak maka nggak akan terjadi yang namanya sebuah kedewasaan contoh spam, hackers, piracy, termasuk memberikan pendapat pemikiran tanpa memakai etika yang layak pada situs/ blog. Apakah itu kebebasan? Belum. Itu belum merdeka. Kenapa? Karena hak dan kewajibannya belum seimbang.
Hak telah kita dapat untuk menikmati kemajuan teknologi tapi kewajiban kita untuk menjadi pengguna yang mampu membedakan mana sebaiknya dibuka dan tidak, itu yang tidak kita laksanakan.
Senin, 03 Oktober 2011
Maaf vs Balas Dendam
Ketika terjadi kesalahan, buntutnya kalo bukan sulit memafkan pilihan kedua ya, balas dendam. Yuk, kita bahas bersama agar kita bisa tahu bagaimana keuntungan dan kerugian dibalik dua sikap tadi. Dengan mengetahui beragam efek samping jadinya kita tinggal berpikir dan ambil pelajaran yang mana seharusnya yang lebih baik kita ambil sikap karena beragam resiko telah kita tahu benar. “Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama dengan yang tidak dapat menciptakan (sesuatu). Mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”(QS:An-Nahl:17)
Maaf Itu Sejatinya Awal Dari bersikap Adil
Kesalahan, merupakan bagian dari fitrah. Karena tak mungkin manusia selalu benar dalam beragam posisi. Adapun kita bahkan menempatkan kesalahan sebagai media pembelajaran. Menjadikannya sebagai guru kehidupan agar di kehidupan mendatang tak berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Yah, kita tak ingin jatuh dilubang yang sama! Cerminannya sering kita lihat dari diri kita sendiri, ketika kita berbuat salah maka suatu saat kita akan memulai memafkan kesalahan yang telah kita perbuat dan mencoba untuk membuat sebuah janji dengan diri sendiri untuk tidak mengulangiya kedua kali. Subhanallah ... Allah saja Maha Memaafkan, kenapa kita hanya sebagai seorang hamba tidak? Begitu Allah sangat mencintai kata memafkan sebagaimana firman-Nya: “Kemudian, sesungguhnya Tuhan-mu(mengampuni)orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhan-mu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(An-Nahl:119) Nah, bagaimana jika kesalahan itu dilakukan orang lain? Apakah sikap memaafkan menjadi pilihan kita juga? Seperti kita memaafkan diri kita sendiri sewaktu kita berbuat salah. Kalo boleh jujur nih, Terkadang kita sering berbuat tidak adil baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Coba kita ingat kembali beragam kesalahan orang lain, terkadang kita tak adil kepada mereka untuk mencoba memafkan. Kita tak ingin mendengarkan alasan-alasannya karena terlanjur kita telah menangkap yang menurut kita “benar” bahkan cepat membuat vonis bahwa dia berbuat salah. Dan tak pantas diampuni! Woy, siapa kita sih? Pencipta saja memaafkan, lah kita ciptaannya? Padahal, tak semua yang kita lihat itu benar adanya. Dan tak selamanya juga yang benar itu mampu kita lihat dengan mata, bisa saja kan mata hati saja yang mampu melihatnya? Sebagaimana yang dilakoni para artis di sinetron. Boleh jadi kita bakalan akan berbuat sama dengan kesalahan yang dibuat orang lain ataupun bertindak lebih jauh menyimpang. Maka dari itu tak salahlah jika kita memberikan kesempatan untuk sekedar mendengarkan penjelasan dari kesalahan yang dilakukan. Dibalik penjelasan bisa jadi tersimpan kunci memafkan yang hilangnya tak tahunya dibawa kesal yang tak kunjung dapat jawaban. So, memberikan kesempatan akan penjelasan itu kuncinya agar terbuka pintu maaf.
Awal Munculnya Dendam Berantai
Ketika pilihan jatuh untuk membalas dendam karena tangga memafkan tak dapat kita daki. Maka bersiaplah diri kita untuk dihajar oleh balas dendam dari orang lain. Karena kenapa? Bisa saja, orang yang kita balas dendam juga tak mampu memafkan karena kesalahan yang kita buat dan akhirnya memilih untuk membalas dendam. Maka jadilah balas dendam berantai. Padahal Allah sendiri tidak suka, akan tetapi Dia memberikan ide yang jenius untuk siapa saja yang memilih skenario balas dendam. Nih, buktinya. Langsung saja diresapi melalui pori-pori hati dan langsung dimaknai bagaimana jeniusnya ide besar kitab nomor satu di dunia ini. “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”(An-Nahl:126) Balas dendam boleh-boleh saja. Tapi harus kita ingat bagaimana resikonya. Bukankan kita pada dasarnya ingin mengambil sikap yang lebih baik? Yang lebih sedikit peluang resiko yang bakalan kita hadapi. Maka dari itulah pilihan yang terbaik itu Allah hadirkan yaitu dengan bersabar, maka putuslah rantai dendam kesumat yang mengikat pelakunya. Jadi mau pilih yang mana? Itu terserah kita. Yang terpenting siap saja dengan berbagai resiko yang siap masuk daftar hadir dalam kehidupan. Bukankah orang bijak banyak berkata “meminimalisir resiko itu lebih baik ketimbang borong resiko”, yang ada kita hanya menyusahkan diri sendiri saja.
Maaf Itu Sejatinya Awal Dari bersikap Adil
Kesalahan, merupakan bagian dari fitrah. Karena tak mungkin manusia selalu benar dalam beragam posisi. Adapun kita bahkan menempatkan kesalahan sebagai media pembelajaran. Menjadikannya sebagai guru kehidupan agar di kehidupan mendatang tak berbuat kesalahan untuk kedua kalinya. Yah, kita tak ingin jatuh dilubang yang sama! Cerminannya sering kita lihat dari diri kita sendiri, ketika kita berbuat salah maka suatu saat kita akan memulai memafkan kesalahan yang telah kita perbuat dan mencoba untuk membuat sebuah janji dengan diri sendiri untuk tidak mengulangiya kedua kali. Subhanallah ... Allah saja Maha Memaafkan, kenapa kita hanya sebagai seorang hamba tidak? Begitu Allah sangat mencintai kata memafkan sebagaimana firman-Nya: “Kemudian, sesungguhnya Tuhan-mu(mengampuni)orang yang mengerjakan kesalahan karena kebodohannya, kemudian mereka bertobat setelah itu dan memperbaiki (dirinya), sungguh, Tuhan-mu setelah itu benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”(An-Nahl:119) Nah, bagaimana jika kesalahan itu dilakukan orang lain? Apakah sikap memaafkan menjadi pilihan kita juga? Seperti kita memaafkan diri kita sendiri sewaktu kita berbuat salah. Kalo boleh jujur nih, Terkadang kita sering berbuat tidak adil baik untuk diri kita sendiri maupun orang lain. Coba kita ingat kembali beragam kesalahan orang lain, terkadang kita tak adil kepada mereka untuk mencoba memafkan. Kita tak ingin mendengarkan alasan-alasannya karena terlanjur kita telah menangkap yang menurut kita “benar” bahkan cepat membuat vonis bahwa dia berbuat salah. Dan tak pantas diampuni! Woy, siapa kita sih? Pencipta saja memaafkan, lah kita ciptaannya? Padahal, tak semua yang kita lihat itu benar adanya. Dan tak selamanya juga yang benar itu mampu kita lihat dengan mata, bisa saja kan mata hati saja yang mampu melihatnya? Sebagaimana yang dilakoni para artis di sinetron. Boleh jadi kita bakalan akan berbuat sama dengan kesalahan yang dibuat orang lain ataupun bertindak lebih jauh menyimpang. Maka dari itu tak salahlah jika kita memberikan kesempatan untuk sekedar mendengarkan penjelasan dari kesalahan yang dilakukan. Dibalik penjelasan bisa jadi tersimpan kunci memafkan yang hilangnya tak tahunya dibawa kesal yang tak kunjung dapat jawaban. So, memberikan kesempatan akan penjelasan itu kuncinya agar terbuka pintu maaf.
Awal Munculnya Dendam Berantai
Ketika pilihan jatuh untuk membalas dendam karena tangga memafkan tak dapat kita daki. Maka bersiaplah diri kita untuk dihajar oleh balas dendam dari orang lain. Karena kenapa? Bisa saja, orang yang kita balas dendam juga tak mampu memafkan karena kesalahan yang kita buat dan akhirnya memilih untuk membalas dendam. Maka jadilah balas dendam berantai. Padahal Allah sendiri tidak suka, akan tetapi Dia memberikan ide yang jenius untuk siapa saja yang memilih skenario balas dendam. Nih, buktinya. Langsung saja diresapi melalui pori-pori hati dan langsung dimaknai bagaimana jeniusnya ide besar kitab nomor satu di dunia ini. “Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih baik bagi orang-orang yang sabar”(An-Nahl:126) Balas dendam boleh-boleh saja. Tapi harus kita ingat bagaimana resikonya. Bukankan kita pada dasarnya ingin mengambil sikap yang lebih baik? Yang lebih sedikit peluang resiko yang bakalan kita hadapi. Maka dari itulah pilihan yang terbaik itu Allah hadirkan yaitu dengan bersabar, maka putuslah rantai dendam kesumat yang mengikat pelakunya. Jadi mau pilih yang mana? Itu terserah kita. Yang terpenting siap saja dengan berbagai resiko yang siap masuk daftar hadir dalam kehidupan. Bukankah orang bijak banyak berkata “meminimalisir resiko itu lebih baik ketimbang borong resiko”, yang ada kita hanya menyusahkan diri sendiri saja.
Langganan:
Postingan (Atom)