Mendekati penghujung malam, dari sebelah rumah terdengar syair lagu yang bagiku tak asing lagi. Tak asing karena lagu itu pernah aku ajari kepada malaikat-malaikat kecil, lucu serta menggemaskan. Kumerindukkannya( ^_^)
Yang ini jari apa namanya?( ucap Ibu tersebut sambil menunjukan jempol)
Jempol( ucap anaknya yang baru saja memasuki Raudatul Atfal) diulangi sebanyak 2 X
Apa kata jari jempol sayang ?
Kalo belajar jangan ngobrol...
Yang ini jari apa namanya?
Telunjuk
Apa... kata jari telunjuk sayang?
Kalo belajar jangan ngantuk
Yang ini jari apa namanya?
Tengah
Apa....kata jari tengah sayang?
Kalo belajar jangan lengah
Yang ini jari apa namanya?
Manis
Apa.... kata jari manis sayang?
Kalo belajar jangan menangis
Yang ini jari apa namanya?
Kelingking
Apa...kata jari kelingking sayang?
Kalo belajar jangan keliling....
Syair lagu yang indah jika porsinya untuk anak TK. Namun lebih indah lagi cara mendidik Ibu tersebut, dengan semangatnya dia mengulangi kembali pelajaran anaknya yang didapat setelah beberapa jam dihabiskan disekolah .
Di era yang makin menjamin kemudahan dengan beragam kemajuan teknologi yang super canggih sekarang ini. Masih ada juga orang tua yang masih memanfaatkan kemajuan tapi melupakan satu hal. Yaitu memberikan waktunya yang terbanyak untuk buah hati.
Masih ada orang tua yang melewatkan masa-masa indah anaknya dengan lebih menyibukan diri dengan tumpukan pekerjaan. Ketimbang memberi perhatian lebih untuk anak. Sehingga sebagiannya tersadar ketika anak-anaknya telah tumbuh menjadi sosok yang dewasa yang penuh dengan beragam masalah-massalah anak remaja.
Masih ada juga orang tua yang menawarkan uang untuk menggantikan sebuah perhatian, padahal nilai sebuah perhatian jika ditimbang tentunya tak memiliki nilai setara apapun.
Uang, ya uang! Perhatian, yah perhatian!
Tak memiliki makna yang sama dari keduanya. Jika tidak percaya cek langsung di kamus..
Meskipun belum merasakan nikmatnya seorang Ibu, tapi mencicipi dalam area mendidik sedikitnya sudah bisa dirasakan bagaimana peran seorang Ibu dalam mendidik anak-anaknya. Kebiasaan-kebiasaan orang tua akan di fotocoy langsung oleh seorang anak karena mereka adalah pengikut yang paling setia. Peniru ulung.
Jadi jangan heran, jika bocah seusia anak TK telah lancar mengatakan seisi kebun binatang dan kata-kata amis lainnya. Jika bukan datang dari lingkungan keluarga, teman juga bisa datang dari lingkungannya sekitar. Jadi orang tua sekarang semakin ekstra penjagaan karena beragam tayangan informasi saat ini tak ada lagi kata-kata untuk dibawah 17 tahun. Meskipun ada secara tertulis tapi dilihat faktanya nihil. Kata-kata seolah tak ada arti! Semua juga bisa nonton karena dipercepat dengan adanya internet.
Sungguh memprihatinkan dunia hiburan anak-anak sekarang, dunia hiburan seolah sedikit yang memperhatikan kondisi psikologis anak! Lihat saja perbedaan lagu anak-anak dulu dengan anak-anak sekarang?
Jika dulu masih ada Joshua, Cikita Medi, Meisy, Dea Ananda dengan nyayiannya yang berbobot karena mudah dicerna oleh anak-anak dan memiliki pengaruh yang kuat untuk mencintai tanah air, berkenalan dengan dunia hewan(joshua), tumbuh-tumbuhan(Meisy), tidak boleh cubit-cubitan(Meisy) makna idul fitri(Dea). Tapi sekarang siapa saja???
Adapun iya, tapi lagu-lagunya menjuru pada CINTA itupun tepatnya untuk kalangan remaja dan dewasa!! Bukan untuk anak-anak.
Anak kecil, bukankah baiknya diperkenalkan dengan sesuatu kebiasaan-kebiasaan yang baik? CINTA ada waktunya. Seperti pesan Om mario Teguh kepada seluruh penjuru orang tua Indonesia “ Tanamkan dulu logika sebelum anak berkenalan dengan yang namanya CINTA” meskipun namanya CINTA pasti buat orang gila karena nggak pake logika.
Nasehat yang menurutku sistematis sekali sesuai dengan tumbuh kembang setiap anak. Lagian logika yang dipadukan dengan kedewasaan dalam menyikapi CINTA bukanlah suatu hal yang instan. Butuh proses dan waktu. Oleh karenanya sesuatu itu harus adil. Tempatkan sesuatu pada tempatnya, tempatkan posisi anak sesuai dengan usia dan perkembangannya.
Ibu-ibu yang baik adalah mereka yang menyadari bahwa bentuk-bentuk tontonan seperti itu bukan semata sebagai hiburan, tetapi sudah menjelma sebagai musuh. Mereka secara pelan menggerogoti fikiran dan hati putra putri agar menjadi liar dan hidup diluar kendali agama.
Ibu-ibu yang bijak adalah mereka yang menyadari bahwa keberadaan sarana teknologi tidak lagi sebatas sarana pembuka cakrawala dan komunikasi, namun sudah menjelma menjadi trainer massal yang menuntun anak-anak menjadi hidup seperti binatang.(Ummu Aisyah)
“Wahai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya dari manusia dan batu.” (At-Tahrim:6)
So, berbahagialah menjadi seorang Ibu karena beragam hadiah datang dari-Nya langsung tanpa potongan selama tugas-Nya masih setia dirawat setiap detik helaan nafas. Sejenak, berbahagialah dengan SMS yang diwasiatkan oleh Rasulullah:
“Siapa yang diuji(oleh Allah SWT) dengan suatu kesulitan yang ditimbulkan oleh keberadaan anak-anaknya itu menjadi perisai baginya dari api neraka.” (Riwayat Bukhari)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar