Ayo Tuliskan!!

Laman

Kamis, 26 Mei 2011

“Kado Ajaib”




“ Busyettttt....1000 gram! berat aku sekarang? Wah gagal diet!
Diakhir bulan ketujuh ini aku makin chuby. Makin panjangggg...juga, 38-an senti gitu. Belum lagi segerombolan saraf-saraf yang banyaknya udah nggak kehitung. Makanya nilai matematika aku menurun sekarang ini, padahal kan udah memasuki trimester tiga. Tapi kok udah dodol gitu ya? Huftttt..
Kulitku juga masih kayak Mbah. Tapi bukan kayak  teorinya Mbah Darwin lho..hehe.
Kalo aku lahir sekarang menurut  aturan disini yah boleh saja. Karena aku udah pinter bernafas dan ngebedain mana terang dan gelap. Semua teorinya udah aku kuasai! lagian kawat telepon saraf aku udah bisa di pakai. Sinyalnya udah kuat. Jadi kalo ada apa-apa bisa kontakan langsung sama Bunda.
Tapi, kayaknya aku pengen  cuti dulu disini deh, malas-malasan di ruang yang serba gratis ini. Kalo diluar kan semua udah pake tarif. Mumpung ada kesempatan untuk ber-khalwat[1] yah, sekitaran dua bulan lagi gitu.  Kalo di luar nanti jarang juga ada tempat yang sunyi kayak gini, terus banyak fasilitasnya lagi.
Oh ya, aku kayaknya lupa kabarin sama Bunda sama alumni lainnya. Baru sekarang aku sadar akan nikmat Tuhan yang paling sering aku lupain. Apa alumni juga gitu ya? Atau Cuma aku saja nih...
Aku makan , minum, bernafas dari benda buatan Tuhan! Ajaib banget. Yah itu dia plasenta. Kalo di dunia luar aku dengar dari alumni katanya “ari-ari”. Lucu gitu bahasanya.  Apalagi bentuknya disini yang bikin aku geli kalo ngeliatnya. Bundar , yang kalo aku hitung-hitung waktu itu beratnya sekitaran 500 gram dengan diameter sekitaran 20 senti meter. Wah...gede juga! Aku udah pinter matematika kalo gitu.
Padahal gudang hidupku ini udah ada sejak aku nginap 4 bulan disini lho. Tapi, itu dia aku udah lupa ngabarin nikmat-nikmat yang ada di dunia mini ini. Serba ajaib!
Maka nikmat Tuhan-mu  yang manakah yang kamu dustakan?”
Di dunia aku yang mini aja, udah bisa lupa sama kado-kado ajaib dari Tuhan. Gimana aku diluar nanti? Penopang hidup aku saja yang paling penting kayak oksigen dan makanan sudah aku lupain, apalagi yang nggak terlalu terlihat banyak nyumbang buat aku hidup.
Duhhh...aku jadi malu sama Tuhan. Malu banget. Padahal di dunia aku yang serba gratis ini aku tinggal pake aja nggak pake usaha buat dapatin. Tapi untuk bersyukur selalu terlambat. Tempat mana juga yang pemiliknya sebaik ini? kalo bukan pemilik tempat nginapku ini!
Aku jadi dipojokin ini, karena malu baru ungkapin sekarang. Ngucapin Alhamdulillah juga sekarang. Tapi yang terpenting aku udah sadar kalo aku punya sifat manusiawi( apa tuh?).
Aku baru bisa melantunkan syukur ketika kado-kado Tuhan yang udah dikasih terlanjur aku pake udah lama. Aku baru sadar kalo plasenta itu hadirnya udah lamaa...banget tapi ngucapin syukurnya terlambat karena kesibukanku menikmati kado-kado Tuhan yang nggak kehitung. Lagi-lagi aku kayak pengen nendang karena baru sadar sekarang.
Tapi, meskipun begitu kata oksigen sewaktu marahin aku karena udah lupain dia sekitar 2 bulanan. Dia ngasih pelajaran yang berharga banget buat karir aku kalo di luar sana. Pelajaran yang nggak bakalan aku lupain!
“ Kamu bisa saja lupain aku sedetik, menit bahkan bertahun –tahun! Tapi ingat, aku sedikitpun nggak pernah lupain kamu. Karena itulah cara aku bertasbih pada-Nya!” kata oksigen sewaktu itu. Marah habis-habisan.
“ Iya, tapi kan aku udah sadar dan baru tahu” jawabku ketika itu. Pengen nangis.
“ Okelah. Aku bisa saja memaafkan, tapi aku hanya minta satu hal saja ketika kamu keluar dari dunia mini ini. Harus!” oksigen makin keras suaranya. Aku sempat nangis. Detak jantung aku makin kuat lompat-lompatannya.
“ Iya, insyaAllah. Tapi aku takut nggak bisa laksanain semua nantinya” ucapku. Otot-otot wajahku mengkerut. Kalo dilihatin pasti mirip Mbah.
“ Kau tahu fungsiku setiap detik berkeliaran dalam dunia ini?”
Aku mengganguk. Jelas nggak tahu. Wong akunya juga baru disini.
“ Aku dalam proses pembakaran berfungsi untuk memelihara proses pembakaran agar hasil akhirnya berupa energi tetap selalu tersedia untuk menopang setiap usaha yang ingin para alumni lakukan. Maka dari itu aku begitu penting!
“ Pembakaran ini mungkin kamu belum ngerti. Yang pasti kamu bakalan sekolah nanti dan tahu bagaimana kerja keras aku disini. Tapi satu hal yang penting untukmu. Proses pembakaran itu sama juga dengan proses menulis. Bedanya objek aja yang dibakar. Persamaannya banyak. Dari prosesnya yang makan waktu panjang untuk bisa menghasilkan sebuah energi. Yang tentunya sama seperti proses menulis untuk menghasilkan sebuah tulisan.
Membaca bisa diibaratkan dengan menghirup oksigen, artinya begitu penting dalam menunjang sebuah karya. Dengan membaca wawasan akan makin bertambah dan luas, seiring banyak yang kita baca maka akan menghasilkan sebuah proses akhir yang akan menyadarkan kita bahwa yang kita tahu itu begitu amat sedikit. Hanya setetes dibanding dengan ilmu-Nya Tuhan. Sama kan fungsinya dengan oksigen tadi? Membaca itu mampu memelihara sebuah tulisan. Nggak salah dan tentuya sangatlah logis ayat yang pertama turun untuk memerintahkan membaca kepada para alumni. Yang artinya sama pentingnya juga dengan bernafas, hanya saja nggak secara tertulis. Pintar-pintarnya kita aja mampu membaca sesuatu yang nggak pernah ditulis.
Jadi bisa dibilang benar juga apa yang dikatakan sama pak Sakti Wibowo kalo solusi untuk nambahin bobot sebuah tulisan, cara yang paling efektif adalah membaca. Membaca, tempat keajaiban-keajaiban terbuka. Sehingga tulisan akan lebih bermakna.
 Begitupun menulis bisa diibaratkan dengan mengeluarkan karbondioksida dan uap air. Kalo dilihat antara menghirup dan mengeluarkan tentunya proses mengeluarkan lebih banyak kandungannya. Seperti itulah menulis. Dua keuntungan juga yang akan dihasilkan yaitu mengerti apa yang kita baca dan mampu mengembangkan dengan keajaiban yang ada dalam proses menulis itu sendiri. Keajaiban nggak bakalan kita dapat kalo kita nggak memulainya dengan menulis” jelas oksigen panjang lebar. Entah berpa senti kata-katanya itu.
“ Insyallah aku bisa ingat” ucapku.
“ Jangan salah! Ketika kamu lahir nanti apa yang aku sampaikan ini bakalan sedikitpun kamu tidak dapat mengingatnya! Camkan itu!” oksigen kayak naik darah.
“ Lho kok gitu? Aku nggak mauu..” renggekku ketika itu.
“ Kalo nggak mau silahkan saja pindah di kos-an yang lain! Karena itu udah ada dalam ketetapan Undang-undang Tuhan. Sedikitpun nggak ada yang bisa bantah! Alumni semua juga begitu. Itulah bukti keadilan Tuhan. Sehingga alumni berpikir kalo dunia ini penuh banyak pilihan. Ini UUT pasal An-nahl nomer 78:
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut Ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan dia memberimu pendengaran, penglihatan dan hati nurani agar kamu bersyukur” ucap oksigen mengakhiri pembicaraan”
Jadi Tuhan kasih 3 senjata tadi buat nemenin kamu di dunia luar nanti! Jadi jangan ngandelin dua malaikat kiriman tuhan yang bakal kamu paggil Ayah dan Bunda nantinya” ucap oksigen mengakhiri pembicaraan.
#          #          #
Di akhir bulan kedelapan....
“ Tempat nginapku kayak udah sesak. Pengen ganti tempat, tapi ketempat mana? Mungkin, karena aku sudah tambah gede kali ya? Ruangan ini kayak udah sempit. Tapi bagaimanapun aku tetap senang banget disini karena ada “ kolam renangnya[2].
Bunda tahu nggak? Kalo sekitaran satu liter air jadi teman aku disini. Kayaknya itu sudah cukup untuk aku berenang-renang disini. Tapi ngeliat air ini aku sempat kaget bukan main Bunda . Gimna nggak kaget coba?
Ternyata air ini bukan hanya tempat aku berenang tapi bahasa kerennya multifungsi!
Dia juga bisa jadi pengawal aku disini Bun, karena aku disini kayak “Bu presiden” yang serba dan harus dilindungi dari kuman dan virus-virus yang jail dan nakal!
Hebatnya lagi air ajaib itu buat menjaga tali pusat yang menjadi semacam alat transportasi makanan, oksigen dan kado Tuhan lainnya menuju plasenta. Bisa di bilang jadi “pak pos” gitu yang bakalan jagain agar kiriman Tuhan lewat Bunda bisa sampe juga sama aku.
Bunda tahu tempat penginapanku ini juga bisa kena benturan lho.. Yah, mungkin karena Bunda kesandung or Bunda rada-rada nakal gitu karena bawel kalo diingetrin Ayah “ Hati-hati sayang” cieee...Ayah romantis!( apa tuh? Kayak kosakata baru)
Yang terkadang sempat buat aku iri juga. Tapi, aku berani jamin!
Kalo di dunia luar nanti palingan juga aku yang paling disayang. Iya kan Bunda? Tapi kayaknya aku punya saingan yang udah duluan keluar dari sini. Buktinya tempat nginap aku kayak udah pernah ditinggalin sebelumnya. Siapa ya? Kok nggak bilang-bilang.
Dan paling dahsyatnya lagi. Air ajaib itu yang bakalan jadi pelicin dan pembersih kalo aku mulai meluncur dari perut Bunda. Yang aku rasain kayak udah nggak muat lagi kalo aku tinggalnya disini kelamaan.
#          #          #
Diakhir bulan kesembilan...
Hmmmm...kalo di dunia luar ada salon. Disini juga aku ada lho! Kan udah dibilang tadi, fasilitasnya  lengkap abis, nggak kalah jauh sama dunia luar. Di akhir bulan ini aku kan udah terbilang perfect gitu karena perkakas saraf aku sejak bulan kemarin sudah lengkap. Jadinya nggak ada lagi yang datang minta tagihan. Kalo aku nggak nggak nyambung.  Saatnya aku disini nyantaiiii....
Salon aku juga nggak ilegal lho. Jadi jangan seenaknya berani gusur kayak pedagang kaki lima gitu. Nih, buat polisi aku tunjukin surat jaminan aku.
“Yang memperindah segala sesuatu yang dia ciptakan dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah”. Pasal As-sajdah nomer 7. Bener kan?
Jadinya nggak salah donk aku disini pedicure medicure. Nggak bakal ada yang ngiri juga liatin artisnya tambah cantik. Oh ya, di tempat salon itu pemilik-Nya nambahin aku lemak dengan lincah sehingga kulit aku yang tadinya keriput abis, ketika akhir bulan kedelapan maka akan kelihatan lebih kencang di akhir bulan kesembilan ini. Si ganteng yang liat aku juga pastinya naksir..hehe geer abis.
Pasalnya sedikit demi sedikit kulit aku yang tadinya tampak merah karena pengaruh warna darah dan pembuluh-pembuluh darah yang ada dibawahnya sudah pada nggak ada penampakan lagi. Sudah berubah menjadi warna yang lebih baik lagi.
Begitulah pemilik salon ini yang paling hebat abis! Pemilik-Nya memang berkompeten ngasih perawatan yang terbaik sama aku. Makanya  sewaktu aku lagi asyik nikmatin semua pelayanan yang ada disalon ini. Aku sempat liat ada sertifikat penghargaan yang jadi jaminan bahwa salon disini memang yang terbaik. Salon mana coba yang bisa nambahin lemak kayak disini? Yang ada sih hanya pada ikutan dari salon pertama yang ada di dunia.
Salon-Nya yang menjadi awal salon-salon berdiri. Iya nggak? Wajar toh kalo Dia dapet sertifikat penghargaan. Kalo aku sempat baca sih gini .
“ Kemudian kami menjadikannya makhluk yang berbentuk lain. Maha suci Allah pencipta yang paling baik”[3]
“ Yang menciptakan dan menyempurnakan(penciptaan-Nya). Yang menentukan kadar(masing-masing) dan memberi petunjuk”[4]
Wahhh...hebatnya. tapi masih ada banyak lagi sertifikat penghargaanya yang ngebuktiin kalo ruang nginapku ini punya salon yang terbaik!”
#          #          #
“ Bunda semalam aku dapat tugas juga jelasin pasal-pasal Tuhan itu. Udah liat kesana-kemari tapi kayak belom jelas gitu. Pasal-Nya gini Bunda.
“ Allah menjadikan kamu dalam rahim Ibumu setahap demi setahap dalam tiga kegelapan”[5]. Apa maksud tiga kegelapan sih? Kok pasal-Nya pinter gitu, memangnya yang buat pinter sekali ya? Setelah berkedip-kedip seakan jawaban itu tinggal aku lihat saja keatas ataupun kebawah yang penuh akan air ajaib. Kulihat kembali apa ini ya?
Ternyata oh ternyata. Benar banget! Ruang nginap aku kayak punya lapisan ozon juga tapi lapisannya ada 3. Yaitu: Pertama dilapisi sama air ajaib tadi, tukang redam segala macem benturan yang datang dari luar. Elastis banget. Kedua dilapisi sama semacam selaput tipis buat bungkus air ajaib tadi dan lapisan ketiga adalah dinding rahim yang bakalan jadi pelindung terkuat karena memang dipersiapkan dari lama sama Tuhan.
Undang-undang Tuhan memang nggak pernah salah! Hanya alumninya aja yang pada belok kanan kiri seenaknya kayak nggak ada lampu lalu lintasnya aja”.


[1] Berdiam diri
[2] Air ketuban
[3] Al-mu’minun:14
[4] Al-a’la:2-3
[5] Az-zumar:6

“Curhatan Embrio”



“Jika aku bisa curhat sama Bunda...
Akupun ingin menjadi penulis disini. Diruang yang begitu kecil namun begitu elastis. Ada banyak keajaiban yang pantas aku kabarkan pada Bunda nantinya. Agar dia bisa tersenyum ketika aku keluar,  yang pastinya selalu dinanti-nantikan.
 Yah, meskipun aku tahu nantinya sesuai skenario lauful mahfuz aku tetap harus menangis. Karena bidan- bidan menantikan tangisanku. Bahkan jika aku menangis mereka akan memberikanku nilai tertinggi. Begitu berhargakah arti tangisanku untuk seorang bidan??
“Jelas! Jika tak menangis itu tak normal. Karena paru-paru harus bisa terisi oleh udara. Apalagi kalo bukan dengan jalan menagis. Sehingga membuat paru-paru terlatih bernafas. Kamu harus mandiri! Tidak seperti ketika di dalam yang serba bantuan. Hanya mengandalkan tali pusat dan plasenta!” Mungkin begitu kata-kata ses bidan. Jahat.
Lagian jika harus memilih aku lebih baik menangis. Karena bila tidak, bidan- bidan itu pastinya akan memukuli pantatku hingga aku menangis. Baru keluar saja udah di pukul, mending menangis pikirku. Nggak kerja dua kali. Hehe...
Ternyata catatan lauf-Nya yang bakalan jadi skenarioku nanti, jauh lebih hebat ketimbang buku-buku yang ada diluar sana. Makanya bila nanti aku terjun dari perut Bunda aku ingin jadi penulis. Yah, pengalaman memang guru terbaik.
Sejak sebulan aku nginap disini, kini aku merasakan kepalaku begitu besar. Malah besarnya sepertiga dari seluruh badanku. Begitulah model kepalaku diakhir bulan pertama.
 Apa maksud-Nya dengan kepalaku yang sebesar ini ? mirip penderita hidrosefalus jika aku dengar di dunia seberang sana yang begitu berisik.
Dengan besarnya kepalaku ini aku mencoba berfikir. Mungkin di luar nanti aku harus banyak berfikir tentang siapa aku? Untuk apa aku nanti keluar? Apa yang bakal aku lakukan disana? Padahal kan disini semua serba gratis. Makan tinggal nebeng saja sama pemilik duniaku ini. Bunda. Oksigenpun gratis. Aku tinggal menanti keajaiban demi keajaban.
Ahhh.. aku hanya bisa menduga dan menduga. Tapi kenapa dugaanku ada ya?? Hahah...
Mungkin karena pengaruh kepalaku yang besar!
Bunda , yah semacam nama itulah nantinya yang akan mengajariku  di dunia luar. Aku belum mampu berucap. Kalo paham iya. Siapa dia? Yang aku tahu hanya kado Tuhan untuk menemani hari-hariku nanti.
Di ulang tahunku memang hanya tuhan pemberi kado terunik. Karena Dia memberikan yang tak pernah diberikan selain-Nya. Benda hidup! Ayah dan Bunda dan semua silsilahnya aku tak tahu...
Oh ya, aku mulai merasakan ada saluran yang mulai bernyanyi...dup, lup, dup, lup.
Jantung. Itu yang aku dengar setiap saat disini. Ahhh..mungkin hiburanku disini termasuk kado dari Tuhan juga, yang nanti diluar sana tak bisaku dengar setiap hari sekeras disini. Karena ada yang akan lebih seru lagi nantinya. Suaranya mirip dengan bunyi denyutan jantung Bunda di atas tempat penginapanku. Bunyinya sama. Indah. Apa itu musik klasik? Tapi, kayaknya bukan. Musik cinta .
Apa maksudnya ya saluran itu berdenyut?? Kenapa bunyinya gitu juga.
Dup,lup,dup,lup,dup,lup...lagi-lagi dia bernyanyi. Huft...
Disini kerjaanku hanya bisa menduga dan menduga.
Dibalik denyutan yang aku rasakan. Denyutan jantung  yang perlahan mengalirkan seabrek darah seakan menjadi guruku disini. Karena guru hidupku nanti adalah dua makhluk yang dihadiahkan oleh Tuhan.
Materi  yang diajarkan jantung diakhir bulan pertamaku bahwa nanti, jika aku telah cukup umur dan keluar menuju dunia yang lebih luas. Aku harus bisa sedermawan jantung. Dia selalu memberi dan memberi. Tidak hanya kepada satu organ tapi keseluruhan penghuni penyusun tubuhku. Mulai dari sel, jaringan sampai seluruh organ.
Karenanya aku bisa merasakan manisnya glukosa yang awalnya dari berbagai makanan yang mengandung unsur karbohidrat. Ternyata dibalik kepalaku yang besar. Ada isinya juga.”
#          #          #
“Akhir bulan kedua, dalam bungkusan rahim yang hangat seakan diselimuti sepanjang hari. Berapa derajat celcius ya?
Kini aku tak lagi berwajah seperti alien. Sebagaimana kata-kata orang luar mencemoohku. Wajahku kini sama seperti Campuaran Ayah dan Bunda. Dan hebatnnya lagi kaki dan tanganku di bagian ujungnya telah membelah. Sel-sel lainnya ada  yang memilih diam untuk tidak kerja lagi. Kun fayakun jadilah jari-jariku yang mungil. Untuk apa nantinya??
Rasa ingin tahuku begitu tergoda disetiap detik yang selalu saja ada keajaiban. Terkadang aku takut  di bulan-bulan ini. Aku takut meninggalkan ruang hangat ini. Karena aku tak tahu juga jika Bunda diluar sana meminum obat yang bisa membuat aku keluar secara paksa. Bukan hanya itu, terkadang aku belajar juga pengalaman dari teman-teman lainnya , alumni intra uteri[1] tempat kami hidup. Terkadang mereka gugur, karena ulah Bunda yang jahat. Yang tak memiliki pri-keBundaan dan pri-keadilan.
Diusiaku yang masih lemah akupun gampang terguncang dengan monster pitoxin, nama yang paling dikenal untuk penghuni disini. Nama  itu yang sering aku dengar dari alumni. Yang sering kali laksana pramong praja yang mengusir penghuni disini secara paksa. Menggertak-gertakan tempat penginapanku, hingga aku pusing karena guncangan yang sangat hebat itu.
Kata teman-teman, mereka begitu sakit, kaget yang sangat hebat. Bagaimana tidak? Ketika itu kan ada yang lagi bobo, bermain , belajar, olahraga( nendang-nendang). Eh, nggak tahunya bagaikan terjadi gempa di dunia mini kami. Sehingga jika pijakanku tak terlalu kuat, dan pasukan antibodi Bunda kalah. Maka akulah yang gugur.
Darahku muncrat dimana-mana. Entah gugur bergelar syuhada atau mati konyol?. Tapi aku tahu setelahnya aku akan lebih bahagia lagi dipangkuan-Nya. Dia yang nantinya akan menghidupiku lagi tapi, di dunia yang jauh dari keliaran orang-orang jahat.  Semoga- calon Bundaku tidak demikian adanya”.
#          #          #
“ Sayang , kamu baik-baik saja ya di dalam. Bunda selalu ada di dekatmu. Bunda janji akan selalu menjagamu. Karena Bunda sayang kamu. Makanya dede didalam jangan nakal. Jangan dulu kebelet keluar sebelum waktunya sayang” ucap seorang wanita berusia 25-an yang kini sementara mengandung. Sambil mengelus – elus perutnya yang belum terlalu menonjol, baru sekitaran bawah perut.
“ Rupanya begini Ummi sewaktu itu. Pantaslah syurga berada di kaki ibu” lirihnya kembali sambil terus menuliskan sesuatu di selembaran kertas.
Sebagaimana pesan dari Bu’ Bidan kalo selama awal kehamilan ini jangan terlalu banyak beraktivitas yang berat-berat demi kebaikan janin di dalam.
#          #          #
“Di akhir bulan ketiga, keajaiban itu datang lagi membuatnya kini bisa bergerak karena ketakjubannya merasakan berbagai keajaiban yang terjadi.
Kali ini aku tumbuh semakin pesattt...
Tubuhku seolah membentuk tiga lapisan untuk perkembanganku selanjutnya. Laksana power ranger yang suka berubah. Ternyata disini akupun bisa.
Lapisan – lapisan itu saling berbagi tugas. Tim suksesnyapun terlihat banyak.
Seingatku lapisan terdalam itu bertugas membuat semacam sistem agar apa yang aku makan nanti bisa melewati berbagai terowongan yang panjang tapi, sekalipun panjang tetap muat diperut kecilku. Apa itu ya?. Selain itu juga membentuk tempat oksigenku nginap dan diolah, serta hati yang bakal jadi tempat daur ulang yang ajaib.
Ternyata. Semuanya begitu ajaib..hebat tuh penulis skenario lauful mahfuz. Dari masa kemasa tetap jadi best seller . Besar nanti aku pengen belajar langsung darinya. Penulis terhebat sejagat raya.
Belum lagi lapisan tengah yang unik, tempat denyutan saluran tadi yang bunyi melulu. Dup, lup dup, lup... akan dibuatin rumah tapi bentuknya kayak mangga. Dan gimana aku nantinya, mau jadi cantik or ganteng bakalan dibuat juga dibulan ini. Juga Sesuatu yang keras Biar aku bisa kuat dan dilapisi dengan otot yang lembut akan dibentuk oleh lapisan tengah ini. Serta ginjal yang ditugaskan sebagai penanggung jawab bagaimana darahku nanti bisa bersih terus.
Wahhh..hebatnya.
Dan nggak kalah hebatnya juga lapisan terluar, dia yang bakalan buatin aku semacam rambut dan kulit yang sebentar nanti jadi pelindung. Mata dan juga sistem yang kayak kabel-kabel biar kalo aku terbentyuk nanti bisa nyambung kesana-kemari. Biar makhluk luar juga nggak bilang aku ini “nyak nyam”[2]. Padahal kan aku belum tua kok dipanggil “nyak”.
Sesuatu yang kini tmbuh di ujung jariku. Dia sedikit keras dari jari-jari. Yang menambah cantik jari- jariku. Namun apa bisa aku menjaga keindahan tanganku ini diluar sana?
Apakah aku bisa menjaga semuanya yang diberikan di tanganku. Aku takut dengan keindahan  jari-jariku ini kalo nantinya tak memiliki arti di luar sana. Karena selama ini aku banyak belajar, banyak teori yang harus aku praktekan di luar nanti. Pengawasnya juga tentunya nggak selalu baik. Pastinya kalo aku salh bakalan di jewer. Pengawasannya 24 jam.
Tapi aku dengar dari para alumni yang kini telah sebesar raksasa, ada juga pengawasannya nggak 24 jam. Makanya ketika mereka salah nggak dibenerin. Dibalik kesenangan mereka ada sesuatu yang hilang. Makna kebenaran teori disini atau?? Aku kan tahunya menduga.
Aku dengar juga kalo disana banyak tikus berdasi. Tangan mereka indah tapi tak memiliki arti. Tikus-tikus itu kenapa tak diracuni saja biar mati?
Ahhh....sebentar nanti akan aku tanyakan sama Bunda. Kenapa mereka tak di hukum mati saja? Percuma hidup! Padahal aku saja sudah merasa senang dengan berbagai keajaiban kuku yang semakin membuat tanganku semakin cantik. Yang tentunya akan semakin indah jika dilapisi dengan amanah.
Dunia memang banyak teka-teki. Kenapa mereka tak membuatkan aku diary disini. Agar aku bisa menulis berbagai keajaiban yang ada. Dipenghujung 3 bulan aku nginap banyak yang perlu aku catat. Ahhh....apa gen-gen menjadi penulis kini telah menyatu dalam benang-benang biruku??
Usiaku disini masih lama lagi. Masih ada enam bulan lagi aku bisa berguru disini.
Meskipun aku kecil dan lemah, yang terkadang kebanyakan yang aku tempati ruang perutnya kecewa. Tapi sedikitpun aku tak pernah kecewa. Ada rahim tempat tinggalku yang amat begitu penyayang seperti namanya. 
Bunda, tunggu aku ya?”



[1] di dalam rahim
[2] Nggak nyambung

“Bunda, Aku Bukan Kera!”



“Bukankah dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan kedalam rahim. Kemudian mani itu menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah menciptakannya dan menyempurnakannya. Lalu dia menjadikan darinya sepasang laki-laki dan perempuan”.
“Undang-undang-Nya itu kayaknya benar lho Bunda. Di akhir bulan keempat ini ternyata aku menjadi sosok yang cantik. Namanya kalo di dunia luar apa ya?
Bunda, semalam aku didatangi sama sosok yang aku nggak kenal. Dia kayaknya niup sesuatu sama aku. Yang kata alumni sini katanya yang ditiupin itu namanya “roh”. Siapa itu Bunda? Ngapain dia disini selain niupin “roh” sama aku? Jadi penasaran...kapan lagi yah dia datang bertamu disini karena nggak ada tamu lagi yang baik selain dia.
Karena aku si cantik makanya aku paling suka sejarah. Kata “om Mario Teguh” gitu Bunda.
Dulu, aku memang terjadi karena pertemuan antara “si panjang berekor” mirip kecebong tapi pake topi yang makin keliatan dia ganteng. Seingatku merek topinya akrosom. Mahal lho!. Mungkin itu kali ya sebabnya si ganteng pake topi juga di dunia luar?? Pasukannya banyakkk...banget, malah sampe 650 juta tapi yang menang dalam lomba itu hanya satu saja. Wahhh...yang lainnya pada kemana ya?? Bentar nanti bakalan aku tanyain sama Bunda. Dan Bunda wajib jawab! nggak pake nggak...heheh. Ngancam dikit gak papa ya Bun?
Lanjut...Kalo aku nggak melekat setelah pertemuan itu tentunya aku bakalan cepat hilang dari dunia mini ini. Memang lembaran Al-qiyamah nomer 36-38 itu benar! Undang-undang yang dipatuhi sama perut Bunda. Penduduk disini saja menepati undang-undang, apa penduduk luar juga gitu ya?? Iya mungkin.
Aku lega sekali!
Karena kepastian yang aku tunggu sekarang udah dapat. Jadilah aku si cantik yang imut. Tapi alumni lain juga ada yang jadi si ganteng, tapi kebanyakan nakal.
Kini aku udah tahu berat badanku. Bukan karena disini ada timbangan berat badan lho dan meteran? Ajaib kan! Beratku udah 100 gram, tinggiku sekitaran 17 senti katanya. Kata siapa ya? Aku kayaknya udah lupa..heheh
Oh ya, di bulan ini hobiku olahraga. Hmmmm...nendang-nendang gitu. Tapi aku kan si cantik? Nggak maulah jadi pemain bola. Tetap pengen jadi penulis.
Aku dengar diluar, banyak juga si cantik yang kerjaannya kayak si ganteng . Malah ada yang pengen disamain dalam hal derajat gitu?? Suhu derajat gitu or? Kan sama-sama ada derajatnya.  Ahhh...aku masih bingung.
Tapi, masa iya si cantik pengen jadi si ganteng? Kalo istilahnya diluar “banci” gitu katanya. Ahah..kosakata baluuu..”
Kenapa mereka suka gitu ya Bunda? Padahal kan kalo sesuai Undang –undang Tuhan itu nggak boleh. Ahhh..mungkin mereka nggak lulus kali ketika SD dulu, PPKN-nya mungkin merah makanya kayak gitu. Dimana rasa syukurnya? Padahalkan setiap yang dikasih itu, itulah yang terbaik. Kalo memang mikir! Lagian, mereka juga pernah kayak aku punya status berkepala besar sewaktu doelu-doelu.
Oh ya Bunda, afwan jiddan[1] ya? Selama akhir bulan ini perut Bunda udah aku anggap kayak lapangan sepak bola buat latihan nendang-nendang. Tapi, yah begitulah Bunda. Sebagai calon anak sholeha ya ikut Undang-undang Tuhan. Kalo nggak gitu para pasukan seragam putih nanti bakal ngasih tugas sama Bunda buat nyatat berapa kali tendangan aku yang gol. Kalo nggak sampai sepuluh kali, katanya aku malas lagi disini, tak ada pergerakan. Bentar Bunda juga kena vonis kalo nggak hamil!apa tuh?”
#          #          #
Bunda sementara dengerin murottal[2], setelah itu didengarkan juga untuk perutnya. Yah.. kata dokter Nurhayati sewaktu dirinya mengikuti seminar konseling dan psikoterapi islam di Malasya kebiasaan itu punya efek yang baik untukku. Ingatan itu masih jelas benar.
“ Efek murottal tidak kalah hebat, bahkan jauh lebih hebat bila dibandingkan dengan musik klasik itu sendiri. Buktinya jelas, bahwa bayi yang berusia 48 jam menunjukan respon tersenyum dan tampak lebih tenang ketika diperdengarkan bacaan Al-quran. Tidak hanya mempengaruhi IQ dan EQ tapi juga SQ”
#          #          #
“ Hmmm...merdunya. Siapa sih yang lagi nyanyi?? Meskipun rada-rada aneh nggak kayak bahasa Bunda tapi enak di dengar. Sastranya tinggi. Suara Bunda kayaknya nggak. Habis suaranya rada-rada keras gitu nggak selembut suara Bunda.
Oh ya, katanya kalo aku di luar sana bakalan dikasih semacam rajutan dari banyak benang biar aku nggak kayak di ruang gini. Nggak pake apa-apa. Tapi, kata alumni yang suka ngerumpi itu banyak juga yang nggak suka pake semacam baju gitu. Malah bajunya yang belum selesai di jahitpun udah pada dipake. Masa sih gitu?? Apa mereka buru-buru kali ya make macam gitu? Tapi katanya juga pengen dibilang seksi! Masa sihhhh....
Ahhhhh..aku pengen tanya sama Bunda nanti. Kenapa mereka nutupnya dikit-dikit? Padahal kalo kata alumni yang ganteng, malah mereka suka ngeliat gituan. Asyik gitu mungkin. Sekali lagi disini aku hanya bisa menebak dan menebak. Mungkin ada dikit-dikit gen wartawan kali ya? Bunda harus siap jadi narasumber aku nantinya.
Bunda. Kenapa juga ya bermunculan semacam rambut di tubuhku. Itu nggak bahaya kan? Bentar,  kalo kebanyakan bakal jadi kera lagi. Kalo iya berarti aku dukung habis donk teorinya Mbah Darwin! Padahal aku nggak mau.... masa aku dari keturunan kera! Berarti Mbah Darwin gitu juga donk???
Padahal kalo aku amati keajaiban disini. Sunguh terlalu orang yang dukung kata-kata itu Bunda. Jumlah kromosom[3]-ku seingat aku sewaktu belajar menghitung jumlahnya itu 46 sementara kera 48. Beda donkkk? jangan anggap aku kera juga ya?
Lagian dimasa-masa aku sekarang ini bulu-bulu itu nggak tumbuh diseluruh badanku, sedangkan kera, bulunya udah nggak muat tuh di perut Emaknya. Kalo soal ekor?? Kera iya , tapi aku hanya mampir di ruang ini aja, ketika aku 4 minggu disini. Nanti sebentar aku keluar udah nggak ada lagi ekornya.
Belum lagi perbandingan berat otak sama berat badan. Beda banget sama “si kera”. Aku 1 banding 50 , nah kalo si kera 1 banding dua ratus dua puluh lima. Huuuhhh...sekarang aku udah buktiin kalo aku emank beda sama kera!. Jadi Mbah Darwin nggak bisa vonis aku keturunannya “Mbah kera”. Karena aku ngerasain langsung disini mbah?
#          #          #
“ Hahhhhh...masih pengen cerita diakhir minggu ke limaku di ruang penginapan yang serba gratis ini. Pada pengen nggak kos-kosan disini?gratis lho!
Dup,lup,dup,lup,dup......bunyi-bunyian yang selalu jadi nada dering disini kalo aku masih ada. Malahan diluar sana pada heboh kalo nggak ada bunyi aneh itu dibalik ruang penginapanku. Berharga banget rupanya suara aneh itu!
Perut Bunda pada jadi bahan incaran sama calon-calon Bidan itu. Aku kayak jadi artis disini. Masih di perut aja uda gini, gimana kalo aku keluar yah?? Suara jantung aku aja pada pengen di denger. Yah, pake dopler[4] pokoknya gitulah, apa itu ya? Pertanyaan lagi buat Bunda!
Meskipun diakhir bulan ini aku rindu lihat dunia luar tapi kayaknya belum bisa. Meskipun jika aku lahir nanti udah bisa berusaha untuk kenalan sama oksigen. Bernafas. Tapi jujur aku nggak mau....
Kata alumni sini kalo aku pengen keluar dari ruang penginapan ini maka masa aktifku cepat habis. Tapi ada juga loh, alumni yang lahirnya dibulan ini. Hebatttt bangett..malah sekarang dia jadi manusia tercepat lahirnya versi on the spoot. Kalo nggak salah, kabar terakhir dari alumni laen umurnya sekarang udah 5 tahun gitu. Ajaib!
Padahal menurut pasukan seragam putih, dia itu divonis masa aktifnya nggak lama. Tapi...lagi-lagi kuasa Tuhan. Siapa yang mau bantah? Bantah aja kalo mau!hahah...
#          #          #
“ Haahhhh? Diakhir bulan ke enam berat badanku bertambah! Masa jadi 600 gram. Aku pengen ngerasain dietttt...biar nggak OB(obesitas)[5]. Huffftttt....
Bunda sih makan banyak! Aku kan nggak jadi cantik lagi. Sebel. Ahhh...biarin yang penting aku tetap imut. Bukan ikutan muka tuyul lho! Tapi ikut cantiknya Bunda. Heheh ...
Lemak-lemak itu pada numpuk dibawah kulit aku. Makanya aku kelihatan lebih berisi. Apa si cantik diluar sana juga pada gendut ya Bunda? Kalo Bunda sih wajar aja. Karena Bunda udah relain perut Bunda jadi tempat penginapan aku. Yah begitulah sesuai Undang-undang Tuhan.
Coba Bunda liat pasal Al-Mu’minun nomer 12 sampe 13. Kenapa sampe perut Bunda jadi lokasi penginapan aku bukan perut Ayah saja?
Dan sungguh kami telah menjadikan manusia dari saripati(berasal) dari tanah. Kemudian kami menjadikan air mani yang disimpan dalam tempat yang kokoh(rahim).
Bener kan Bunda? Tempat penginapanku selama ini ternyata nggak ilegal. Ada surat-suratnya yang jadi jaminan. Kalo aku tinggal di perut Ayah mungkin udah keburu diusir duluan. Nggak terima kontrakan!
Di akhir bulan ini. Kayaknya aku agak minder Bunda, kalo diliatin pake USG gitu. Karena wajah aku udah kriput kayak “Mbah”. Kulit-kulit aku juga dilindungi sama lemak makanya aku kelihatan merah tapi lemak itu yang jadi pengawal aku disini. Maklum, mantan artis...heheh
Tapi, kenapa di luar sana aku denger nenek dulu dan sekarang beda? Katanya udah kayak anak muda gitu karena penampilannya udah maco. Malah pake jins, pokoknya deh gaul abis gitu. Pengen liatttt...
Mumpung kelopak mata aku bisa terbuka. Tapi sama aja aku belum bisa lihat. Ngerasain adanya cahaya aja bentar sebulan lagi. Gimana bisa lihat nenek pake jins? Hufttt...
Kalo aku bisa lucuran sampe di dunia luar. Sangat mungkin aku udah bisa bernafas dan menangis, kemungkinan masa aktifku juga lebih lama. Tapi, karena kondisi badan aku masih terbilang lemah. Bolehlah aku umpamain kayak nyala lampu yang sedikit banget.
Mungkin juga untuk jadi besar tapi gampang sekali padam karena kongslet sama dunia yang belum cocok. Makanya mendingan aku disini aja. Nungguin waktunya tiba untuk bisa meluncur.
Bunda, sabar ya nungguin aku? Salam rindu dari “si cantik”
“ Yah, coba deh kemari. Si dede lagi nendang nih” Bunda manggil Ayah yang lagi sementara baca. Ayah beranjak sambil megang perut Bunda dan sesekali meletakan telinganya di perut Bunda. Seandainya di rumah ada USG tentu keduanya bisa melihat respon putrinya yang sementara tersenyum. Karena si Bunda baru selesai mendengarkannya murottal yang dianggap berpengaruh besar terhadap ketenangan jiwa si buah hati sebagaimana Dokter Al-Qadhi teman Ayah pernah menyarankan.


[1] Maaf banget
[2] Lantunan ayat suci Al-quran melalui rekaman
[3] Benda berukuran kecil yang banyak menyimpan pembawa sifat(gen)
[4] Alat untuk mendengar denyut jantung janin
[5] kegemukan